Hitam putih barusan mimpi di ketiadaan, bak warna tak sudi menghampiri
Bertanyaku pada takdir, dia tutup mulut tak bicara
Sang waktu sudah berbisik bisik, mengajaku kembali ke alam surgawi
Dalam lirih iya berkata, dentuman angin hanya jadi catatan pilu
***
Seorang anak yang berkawan dengan seorang nasib, tak ubahnya pertalian batin
Bertanya cinta tak usai jawab
Bertanya rindu tak jua jawab
bertanya kalimatmu, sulit nian ku rajut
***
Bagian kecil iya berdentum, irony baru bertajuk kalbu
sinema hidup di pertontonkan, di rawat di antara nyaÂ
dear diary !
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!