Midah  tak menyoal hidupnya kini, banting tulang jadi tulang punggung keluarga. Kepala seakan jadi kaki begitu sebaliknya
Midah hanya butuh sosok laki di hidupnya adalah lelaki sesungguhnya...
Yang mengerti harinya lelah bekerja,letih penat otot tubuhnya... hingga terkadang ia tak sempat merasakan atau bahkan lupa bagaimana rasanya bahagia...bagaimana rasa getar hati saaat disentuh lakinya...bagaimana rindu di separuh malam tidurnya...
Midah lelah, namun harus tetap mengerti kebutuhan sang laki, melayani layaknya istri yang tetap menjunjung tinggi pernikahan.
Namun bagaimana dengan Satrio sang lelaki ?Â
Bukankah harusnya iapun berlaku sama sepertinya ? memenuhi segala tanggungjawab sebagai suami ?
Hingga batin Midah berontak.....
Karena laki yang bersamanya semu adanya, antara  ada dan tiada.Â
Kesekian kalinya Midah mengalami hal yang sama, memiliki laki-laki yang tak jadi 100 persen lelaki.