Mohon tunggu...
Inin Nastain
Inin Nastain Mohon Tunggu... lainnya -

Nikotin, Kafein, http://atsarku.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Bianglala

26 Oktober 2015   08:30 Diperbarui: 26 Oktober 2015   08:30 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Cuaca panas perlahan mulai merdup. Semburat warna jingga, dengan masih malu-malu mulai mengintip dari celah-celah daun mangga sebelah kanan rumah. Di pelataran, sekitar 20 meter, beberapa anak laki usia SD muali berdatangan. Kain sarung berwarna-warni dililitkan di leher. Sebagian lainnya mengikatkannya di pinggang. Ada juga yang diselondomkan di tubuh, menyilang. Hanya bagian kepala mereka saja yang sama. Semuanya mengenakan kopeyah hitam. Meskipun beberapa di antaranya ada yang mengenakannya menyamping.

Teriakan-teriakan kecil, mulai riuh terdengar. Gelak-tawa menemani saat-saat bermain mereka di pelataran musala. Selang 30 menit, jumlah mereka semakin banyak. Sekitar 10 sampai belasan anak, cukup membuat suasana semakin meriah dengan teriak, gelak tawa mereka. Tidak hanya anak laki, beberapa anak perempuan pun ikut bergabung bersama mereka. Jilbab dengan warna yang tidak seragam, menghadirkan keserasian tersendiri dengan apa yang dipakai oleh anak laki-laki.

Matahari semakin merayap ke peraduan. Suara kohkol yang terbuat dari kayu nangka besar, menghentikan jam bermain mereka. Seperti berlomba, jeritan dan teriakan mereka saling bersahutan ketika berlari menuju tempat wudu. Cipratan-cipratan jail, beberapa kali membasahi pakaian mereka, lalu teriakan merengek dan protes, kembali terdengar di sela-sela tawa.

Tempat wudu yang hanya bisa digunakan untuk lima orang, membuat beberapa anak harus rela menunggu. Tiba-tiba, suara bocah kecil terdengar di pengeras suara melantunkan adan setelah bunyi kohkol berhenti. Entah, apakah dia sudah wudu saat di rumah, atau belum sempat.

Adan sudah tunai dikumandangkan. Beberapa orang dewasa, mulai terlihat khusyu dengan qobliyahnya. Sementara mereka, anak-anak kecil tadi, bergerombol, membentuk sebuah lingkaran kecil. Salah satu dari mereka terlihat memegang pengeras suara, melantunkan pupujian. Pupujian sebagai pengisi waktu menuju iqomat. Qobliyah beberapa orang dewasa satu per satu mulai usai. Itu artinya, salah satu dari anak-anak itu harus siap-siap untuk Iqomat.

Tiga rokaat telah usai ditunaikan dengan jamaah. Beberapa bacaan dzikir pun, rampung dibaca. Begitu juga dengan ba’diyah. Itu artinya, suasana magrib telah lunas.

Suasana ramai kembali terdengar. Tapi bukan lagi jeritan atau teriakan, apalagi gelak tawa. Suara nyaring mereka bersahutan melapalkan beberapa surat dari Juz amma. Sesekali terdengar suara orang dewasa, ketika bacaan mereka keliru. Beberapa surat, telah usai mereka eja. Dan itu artinya, teriakan akan segera kembali dimulai.

Teriakan, tawa jerit kembali keluar dari mulut-mulut kecil mereka, sebagai pengisi waktu sebelum suara kohkol penanda Iysa terdengar. Berbeda dengan magrib, menjelang Iysa, mereka tidak berebut untuk masuk ke tempat wudu. Entah karena malas, atau memang wudu magrib mereka terjaga. Alunan adan, pupujian kembali nyaring terdengar, sebelum akhirnya kembali sunyi setelah iqomat dikumandangkan.

Perlahan tapi jelas, imam mulai melapalkan surat pendek, setelah al-fatihah selesai dibacakan kemudian disusul aamiin. Dan rokaat pertama pun telah dilewati.

Al-fatihah untuk rokaat ke dua mulai dibaca. Namun, seolah-olah ingin menyaingi lantunan al-fatihah imam, suara-suara anak balita, tiba-tiba menyeruak dengan nyaringnya. Jeritan, teriakan dan ketawa, seolah-olah tidak peduli dengan apa yang sedang dikerjakan orang dewasa. Suara hentakan dari kaki-kaki kecil, silih berganti saling berkejaran dengan suara teriakan mereka.

Namun, tak sedikit pun suara-suara itu menghilangkan ingatan dari sang imam pada bilangan salat. Mereka khusyu dengan masing-masing aktivitasnya. Orang dewasa tetap dengan salatnya, seperti tak terganggu dengan teriakan. Begitu juga suara-suara, tak sedikit pun terganggu dengan gerakan salat jamaah. Mereka masih terus bersahutan. Suara-suara itu baru berhenti ketika imam mengucap ‘assalamu’alaikum’ yang diikuti oleh para jamaah. Sesaat, suasana hening sampai satu menit kemudian, terdengar suara serentak jamaah berdzikir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun