Mohon tunggu...
Abdussalam Bonde
Abdussalam Bonde Mohon Tunggu... Sekretaris - Pelayan Publik, Orang Doloduo Bolaang Mongondow-Sulut

Orang biasa, bukan sispa-siapa, juga bukan apa-apa. Tapi selalu ingin belajar dan berusaha menjadi yang berguna untuk alam dan manusia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ibrah: Larutan Jamu dan Telaga

23 Februari 2021   13:30 Diperbarui: 26 Februari 2021   09:47 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di sebuah dusun yang jauh dari kebisingan kota metropolitan. Berjalan seorang pria muda dengan jaket kumal di pundaknya. Wajahnya murung mengisyaratkan kekegilisahan-kegalauan dan kepahitan. Langkahnya gontai tak terarah, bibirnya mongering dan keadaan tubuhnya tampak keluarnya keringat dingin dari tubuh sebagai respons Ia sedang mengalami stres berat.

Dalam perjalanannya, ia kemudian berteduh disebuah gubuk tuk beistirahat. Duduk dan berdaoa seperti doa yang dipajatkan Nabi Musa dalam al-Qur'an Surat Thaha Ayat 25-26. "Dia (Musa) berkata, "Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku. Dan mudahkanlah untukku urusanku."  Insya Allah memperoleh solusi harapnya. Ternyata, di gubuk itu, ada seorang Kake yang bijak yang tinggal dan memperhatikan gerak-gerik sang pria muda itu.

Kake itu kemudian mendekati pria muda itu dan duduk disampingnya serta bertanya. "Wahai pria muda siapa nama-mu.?" Pria muda yang diselimuti beban berat itu menjawab. "Namaku Affan Kake." Kake itu balik bernyata. "Apa yang gerangan yang membuatmu nampak sedih."? Affan lantas segera menceritakan semua permasalahan yang Ia hadapi.

Kake yang bijak itu tampak tertawa mendengarkan semua keluh kesahnya. Begitu tamu yang tak di undangnya itu selesai bertutur, dengan santai Kake menepuk-nepuk punggung Affan, lalu mengucapkan sebuah kalimat yang penuh makna; "Jadikan ketidaknyaman hidup ini seperti bubuk jamu dalam kolam". Affan tampak bingung dan balik bertanya "Maksud Kake.?"

Sang Kake lalu berdiri dan mengajak Affan. "Mari ikut aku," Ucap Kake sambil berjalan menuju sebuah meja di didalam gubuknya. "Affan, silahkan kamu campur bubuk jamu ini ke air dalam gelas. Selanjutnya kamu perhatikan dan cicipi rasanya,". Tutur Kake ke Affan.

Affan kemudian mengabil jamu dan mengaduknya. Semua jamu menyatu dan larut dalam air. Affan selanjunya mencicipi larutan jamu itu. "Pahit, pahit, Kake." Ucap Affan sambil meludah kesamping. "Apakah semua jamu larut"? Tanya sang Kake. Affan cuman manggut-manggut.

Selanjunya Kake bijak itu mengajak Affan ke kolam penampungan air minum dibelakang gubunya sambil membawa larutan jamu yang masi terbungkus dikertas plastik. "Affan silahkan larutkan bubuk jamu ini ke kolam itu, dan perhatikan apa yang terjadi." Ucap Kake. Perlahan Affan mengaduk bubuk jamu yang telah dicampur ke air kolam. Awalnya sebagian air menjadi agak keruh, tapi kemudian menjadi normal.

Sang Kake kemudian menatap tajam Affan,"Bagiaman Affan." Tanya Kake. "Agak keruh Kake, tapi kembali jernih," Jawab Affan. "Rasanya gimana?" Tanya Kake lagi. Affan kemudian mencicipi sebagian air kolam itu. "Tawar Kake" jawab Affan yakin sambil menunggu reaksi dan ucapan sang Kake.

Baik Affan, dengarkan ucapanku. "Pahitnya kehidupan yang kamu rasakan ini seperti jamu dalam gelas tadi. Jumlah dan rasa pahitnya sama, dan memang akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki". Affan nampak pesan bermakna dari sang Kake itu.

Lanju Kake. "Kepahitan itu tergantung dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Semua akan tergantung pada hati kita. Jadi ketika kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hiup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan untuk mengatasinya, yakni; lapangkan dadamu menerima semuanya, luaskan hatimu untuk menampung setiap kepahitan. Ya seperi doa yang kamu panjatkan". Ucap kake.

Kake kembali menambahkan nasehatnya, "Bayangkan gelas dan kolam itu sebagai ruang hatimu. Semakin kecil ruang hatimu semakin cepat hatimu terpengaruh warna maupun rasa. Maka, buatlah ruang hatimu seluas-luasnya. Agar Ia tetap jernih dan tawar. Tawar dari rasa gelisa yang kerap datang". Tegas sang Kake. Mendengar nasehat Kake hati Affan menjadi jernih dan tawar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun