Mohon tunggu...
ABDURROFI ABDULLAH AZZAM
ABDURROFI ABDULLAH AZZAM Mohon Tunggu... Ilmuwan - Intelektual Muda, Cendikiawan Pandai, Dan Cinta Indonesia
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jangan pernah lelah mencintai Indonesia dan mendukung Indonesia bersama Abdurrofi menjadikan indonesia negara superior di dunia. Email Admin : axelmanajemen@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Masyarakat Urban: Buat Apa Nikah Kalau Susah?

18 Juni 2020   16:28 Diperbarui: 18 Juni 2020   16:26 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Pernikahan di tengah pandemi virus corona 2020 | Sumber: Kompas.com

Masyarakat urban yang telah mengalami kegagalan dalam pernikahan pernah berpikir buat Apa Nikah Kalau Susah sehingga terjadi perceraian. Menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Pengadilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung, pada tahun 2019 sudah ada 604.997 kasus permohonan perceraian yang telah diterima dari seluruh Indonesia. Perceraian dalam kehidupan ibarat stroke ditandai dengan gangguan suplai darah yang tiba-tiba ke otak.

"Saya ibaratkan perceraian ibarat stroke ditandai dengan gangguan suplai darah yang tiba-tiba ke otak. Penyebab utama kecacatan jangka panjang yang serius. Begitupun dengan perceraian ditandai dengan gangguan suplai cinta yang tiba-tiba ke perasaan atau dalam bahasa medis adalah bagian otak yg disebut limbic system.  Penyebab utama perceraian disebabkan oleh ketidakharmonisan hubungan suami istri dalam rumah tangga," Ucap Kang Rofi pada program edukasi pranikah pada  haris Kamis, 13 Juni 2019 09:10 WIB.

Formula masyarakat urban mengenai pernikaha menurut (abdurrofi:2020) adalah bagaimana memahami sejauh mana organisasi sensorik dan motorik otak individu dalam hal memahami struktur dan fungsi sistem pernikahan dan personality pasangan. Area utama yang membentuk perceraian adalah ketidakmampuan alam untuk memetakan perasaan, termasuk deteksi berbagai sifat dan jenis kecenderungan ikatan hubungan.

"...Selalu bertanya kaum bapak dan ibu, kok sejak menikah sering sebel padaha kenal baik-baik. Nah, saya jawab kemampuan bapak atau ibu terhadap memetakan mana yang harus dilakukan dan tidak dilakukan sehingga perilaku pasangan adalah alasan kita untuk mencintai dia meskipun dalam kekurangan karakter," Ucap Kang Rofi

Persepsi visual pernikahan akan berbeda tiap masyarakat urban, bahkan berbeda persepsi pernikahan menentukan  bentuk pernikahan akan dijalankan karena Dalam studi lesi kronis pada pasien dengan gangguan lobus oksipital kanan, pasien memiliki kesulitan dalam pengenalan visual dan diferensiasi bentuk dan pola geometris. Perlu diketahui Lobus oksipital terletak di otak bagian belakang.

Bagian otak besar ini berguna untuk membantu kita mengenali objek lewat indera penglihatan dan memahami arti kata-kata tertulis. Konsep persepsi mengenai pernikahan menjadi urgensi ingin seperti apa pernikahan kedepan.

"Siapa yang disini ingin pernikahan langgeng, maka kemampuan komunikasi ditingkatkan dengan penghayatan. Negosiasi juga harus ditangkan sebuah permasalahan misalkan seorang istri ingin menambah uang rumah nafkah padahal sudah dipenuh sedangkan suami ingin menambah istri padahal sudah memiliki istri yang cantiknya bukan main. Maka, terjadi kesepakatan bila ingin menambah uang maka harus mebuat pengeluaran dengan menambah istri. Dan istri kedua adalah asisten bendahara dalam organisasi pernikahan. Nah pastikan Lobus oksipital terletak di otak bagian belakang itu berfungsi," Ucap Abdurrofi

Para peserta yang telah bercerai dan belum pun kaget dan seraya bapak dan ibu terinspirasi bahwa pernikahan bisa dijalankan seperti organisasi perusahaan. Bentuk interaksi sosial secara hirerkis diperusahaan saat pihak-pihak yang terlibat berusaha untuk saling menyelesaikan tujuan yang berbeda dan bertentangan.

Begitu Juga pernikahan, namun dalam medis kerusakan pada lobus ini dapat menyebabkan masalah berupa kesulitan mengenali objek, ketidakmampuan untuk mengidentifikasi warna, halusinasi, dan kesulitan memahami kata-kata. Persespsi visual menjalin hubungan dalam pernikahan memang menjadi masalah serius dalam dunia medis.

"Saya pernah terikat oleh wanita oleh kebaikan cara dia berpikir dan menata penampilan. Perasaan sangat terikat dan setia kepada pasangan muncul karena eksternal dikendalikan oleh hormon oksitosin dan vasopressin," Ujar kang rofi

Hormon oksitosin dan vasopressin merupakan hormon dalam tubuh manusia dihasilkan di dalam bagian hipotalamus otak, hormon tersebut juga disimpan di dalam kelenjar pituitari posterior untuk kemudian dikeluarkan ke seluruh tubuh. Saat manusia sedang bergairah, seperti ketika Kang rofi memandang wanita tersebut hormon ini akan memasuki aliran darah yang kemudian menyebabkan kedua hormon ini dijuluki sebagai "hormon cinta". Kehadiran kedua hormon ini sangat mempengaruhi perasaan nikmat dalam awal mula perkenalan, nyaman dan bahagia yang sangat berkaitan dengan kelanggengan hubungan pertemanan.

"Saya tekankan pentingnya untuk menjaga pikiran, pandangan, penampilan, dan interaksi agar tidak jatuh cinta. Berat sekali bila sudah cinta tapi kita tidak menikahi dan hidup bersama. Namun kalo sudah nikah, ingat hormon cinta harus diaktifkan ya.." Pungkas kang rofi

Peserta pembinaan pun tertawa mendengar gagasan yang disampaikan kang rofi dan beberapa wanita yang sudah bercerai berpikir betapa penting memahami penampilan dan berperilaku dihadapan pasangan yang dominan. Betapa kita sangat sedih sebagai orangtua karena anaknya sudah menemukan pasangan hidup dan miliki anak tapi mereka memilih cerai dengan alasan yang tidak masuk akal. Perceraian tidak hanya membuat retak  hubungan suami istri tapi perceraian juga  membuat retak hubungan kedua keluarga baik dari suami maupun dari istri.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun