Mohon tunggu...
Abdurrofi
Abdurrofi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penyuka Kopi dan Investasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Investasi gagasan untuk masa depan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyelami Kekecewaan Anak Tahun 2021 Tinjauan Ilmu Sosiologi

26 Januari 2021   08:14 Diperbarui: 26 Januari 2021   08:32 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Menyelami Kekecewaan Anak Tahun 2021.Sumber gambar: wdrfree/yupiramos

Apa yang ada di benak Anda, manakala melihat kekecewaan anak pada tahun 2021? 

Saya akan membahas fenomena sosial anak-anak menjadi bahasan yang begitu penting dalam kajian ilmu sosiologi yakni kekecewaan anak. cabang kajian ini yang masuk ke dalam sosial sampai ke kedalaman yang jauh dari permukaan yang terlihat hingga pembaca menemukan kebijaksanaan pada tahun ini.

Berbagai bentuk dari apa yang mungkin disebut "kekecewaan" pada tahun 2021. Setiap orang dewasa melahirkan anak masing-masing entah baik atau buruk. Ada anak yang lahir dari orangtua lembut. 

Ada juga anak yang lahir dari orangtua yang kasar. Setiap anak tersebut belum merasakan kekecewaan karena mereka belum bisa berpikir apa itu kecewa. Asumsi kecewa adalah konsekuensi sering berharap. Dan, anak yang sering berharap, biasanya sering kecewa.

Pertumbuhan anak dan pertumbuhan daya pikir bertanya Apa yang dimaksud dengan kecewa dalam konteks kelahiran mereka. Bukankah setiap anak membuat orangtua bahagia tapi setiap orangtua bahagia belum tentu anak bahagia juga. 

Jika pembaca pernah kecewa dengan jawabannya ya Anda perlu memejamkan mata sejenak lalu tarik napas panjang-panjang karena banyak anak yang kecewa pada tahun 2021.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) akan meningkat pada tahun 2021 karena saat pandemi bisa akibat faktor ekonomi. Perkembangan kemampuan kognitif balita atau perkembangan otak anak terganggu.

Setiap anak memiliki harapan namun ketika ia sampaikan kepada orangtua depresi dan stres bukan tidak mungkin kekerasan sering terjadi. Kekerasan pada anak adalah ungkapan rasa akibat harapan dan hasilnya tidak sama terutama kebijakan kesejahteraan pemerintah Indonesia. 

Korban pemutusan hubungan kerja meningkat di Indonesia. Semua pembaca mengetahu  Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, terjadi lonjakan angka PHK sebanyak 2 juta orang dalam 1,5 bulan terakhir. 

Kita mengalami kondisi ekonomi yang sangat mengecewakan dengan apa yang telah terjadi. Jangan pernah menyalurkan kepada anak yang tidak bersalah sehingga mereka kehilangan kesehatan dan kerusakan saraf otak untuk masa depan yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun