Mohon tunggu...
Abdurrofi
Abdurrofi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penyuka Kopi dan Investasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Investasi gagasan untuk masa depan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Dua Kaki Dalam FPI Tanda Gerindra Tidak Mau Rugi

4 Januari 2021   00:12 Diperbarui: 4 Januari 2021   00:45 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertemuan Fadlizon dan Rahayu Saraswati. Sumber foto : Sindonews.com

Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Rahayu Saraswati mendukung pemerintah terkait keputusan pelarangan FPI sedangkan Wakil Ketua Umum Bidang Luar Negeri DPP Partai Gerindra Fadli Zon mengkritik keras pemerintah. Dia menganggap pelarangan organisasi tanpa proses persidangan merupakan praktik otoritarianisme. Ini bukti politik dua kaki sikap Gerindra dalam isu FPI.

Berdasarkan frasa politik dua kaki, mulai dikeluarkan kembali memanaskan genderang peran untuk polarisasi 2024. Untuk memahami kelihaian salah satu partai alumni Orde Baru ini, ada baiknya kita melihat ke belakang bahwa isu FPI dibuat oleh partai Gerindra dan pengusaha serta pemilik modal .besar.

Mengapa? Secara politik, Gerindra bertekad menjadi partai penguasa yang dominan pada 2024 dengan mengakomodir semua spektrum politik dan menjadi pahlawan atas kegaduhan tersebut. Dari setiap kegaduhan prabowo berhasil mendominasi legislatif ketiga setelah Golkar dan PDIP. Berdasarkan putusan KPU PDIP: 128 kursi (22,3%), Golkar: 85 kursi (14,8%)  dan Gerindra: 78 kursi (13,6%).

Sumber infografis : kumparan.com
Sumber infografis : kumparan.com

Rakyat memang harus dikorbankan karena kesalahan mereka sebagai fanatik buta sedangkan para pengusaha atau pemodal tersebut, selalu memainkan politik dua kaki dan akan bersikap mendukung kekuasaan. Sikap partai yang didominasi pemodal (kapitalis) ini adalah cerminan dari sikap mayoritas pemodal di Indonesia. 

Tujuannya adalah supaya tetap berkuasa dan memperoleh akses terhadap kekuasaan politik, hal yang juga berbanding lurus dengan kekuasaan di bidang ekonomi dan kapal induk perdagangan dari seluruh penjuru dunia yang melintasi Indo nesia. Karena kalau tak memiliki akses terhadap kekuasaan maka akses ekonomi juga akan sulit.

Apapun hasil akhir pemilu legilatif dan eksekutif selalu dibuat konflik menjadi bagian dari permainan partai penguasa, siapa pun presidennya. Berbagai kompromi politik biasanya selalu diadakan oleh dua kubu yang sebelumnya berlawanan pada kasus FPI sebelum menuju pilpres 2024. Jangan harap  komitmen elit politik untuk mencegah konflik sebelum pilpres 2024.

Arjuna Karna final battle, Kurukshetra war, 12th-century Mahabharata relief, Hoysalesvara temple Halebidu.Sumber foto : Sarah Welch
Arjuna Karna final battle, Kurukshetra war, 12th-century Mahabharata relief, Hoysalesvara temple Halebidu.Sumber foto : Sarah Welch

Pada tahun 2024 akan terjadi perang Kurukshetra  yang merupakan bagian penting dari wiracarita Mahabharata, dilatarbelakangi perebutan kekuasaan antara pihak pro-FPI dan kontra-FPI. FPI adalah medium perang Kurukshetra  pada pilpres 2024 dalam menentukan presiden Indonesia mendatang.

Anies Baswedan menjadi bagian pro-FPI dan sedangkan pihak istana sedang menyiapkan paslon yang kontra-FPI. Jalan cerita atau narasi serial kolosal bentrokan kubu FPI dan non-FPI semakin seru dan menegangkan. Ibarat perang Bharatayudha akan berakhir. Prabowo Subianto bergaul dengan kalangan pembesar sejak kecil dari kelompok elite. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun