Mohon tunggu...
Abdurrofi
Abdurrofi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penyuka Kopi dan Investasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Investasi gagasan untuk masa depan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Jomblo sampai Menjadi Ayah yang Adil dan Bijaksana dalam Keluarga

1 Januari 2021   04:43 Diperbarui: 1 Januari 2021   04:46 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adil dan Bijaksana sejak dalam keluarga. (Sumber foto : dokumen pribadi)

Adil dalam abad 21 sangat mudah kepada para istri secara naluri mereka menerima distribusi cinta yang proporsional. Begitu juga terhadap anak, Ayah dan bunda-bunda sudahkah adil dan bijaksana kepada anak?

Fakta menarik, anak bisa cemburu seperti istri-istri karena dari segi psikologis, mereka bisa merasakan kurang sayang dari orangtua karena tidak adil dan bijaksana. Bukan hanya mainan yang dibutuhkan buah hati tapi waktu ayah terhadap masing-masing anak dari setiap istri.

1. Adil dan Bijaksana dalam Waktu Bersama

Membagi waktu seefektif mungkin menjadi aspek penting agar anak bahagia (Sumber foto: soudapromessa.com) 
Membagi waktu seefektif mungkin menjadi aspek penting agar anak bahagia (Sumber foto: soudapromessa.com) 

Terkadang keliru ayah hanya membicarakan sekolah, tugas, dan prestasi ketika mereka bercengkrama.  Lelahnya anak belajar, tugas dan prestasi sehingga ayah harus bisa membuat perasaan anak nyaman.

Anak-anak yang memiliki perasaan emosional baik meskipun dari keluarga poligami akan memiliki paradigma positif dibandingkan anak yang lahir dari keluarga broken home monogami karena  keluarga broken home   lebih banyak rasa ketidakadilan dan ketidakbijaksanaan di rumah.

Ayah harus hadir menurunkan gengsinya karena meskipun di kantor dihormati, disegani, dan disanjung jajaran dan mitra bisnis tapi ketika kepala perusahaan ke rumah harus menjadi sosok konyol dan membuat anak-anak bahagia karena peranan ayah berbeda dengan pimpinan perusahaan.

2. Adil dan Bijaksana dalam Menghadapi Kesalahan

Pola asuh ramah, bukan marah-marah (Foto: Understood) 
Pola asuh ramah, bukan marah-marah (Foto: Understood) 

Laporan palsu dari bawahan karena takut dimarahi sehingga marah bukan solusi dan jujur harus diapresiasi. Begitu juga, anak yang jujur tidak perlu reaksi berlebihan dengan marah karena kesalahan anak yang dimarahi berlebihanan akan menimbulkan motif bohong agar selamat dari murka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun