Setelah berulang kali mengalami sakit keras, Mas Anis
merasa waktunya sudah dekat. Dalam hati ia mulai
berlatih mengihklaskan segalanya. Nasib dan angkara murka
para seterunya. Ia merasa takdir telah membuntungi segenap
kaki dan tangannya. Sekarang ia sama sekali tak berdaya.
Ia memanggil istrinya:
"Saya ingin membuat pengakuan Bu," bisiknya pelan.
"Cepat katakan!" Mbak Ega nampak tidak sabaran.
"Saya telah berselingkuh..."
"Apa?"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!