Mohon tunggu...
Abdurrahman Hanif
Abdurrahman Hanif Mohon Tunggu... Dokter - Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan FKH UGM

belajar dan terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Muslim yang Skeptis

18 Februari 2021   11:53 Diperbarui: 18 Februari 2021   12:38 1191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by the-faith.com 

Skeptisisme berasal dari Bahasa Yunani "skeptesthai" yang berarti menguji, menyelidiki, mempertimbangkan. Skeptisisme merupakan pandangan filosofis yang mengatakan bahwa mustahil bagi manusia untuk mengetahui segala sesuatu secara absolut. Kaum skeptis selalu meragukan setiap klaim pengetahuan, karena memiliki sikap tidak puas dan masih mencari kebenaran. Jadi, skeptisime itu merupakan sikap yang meragukan segala sesuatu.

Terdapat sebuah ajaran dalam skeptisisme salah satunya yaitu, untuk membangun sebuah pengetahuan. Diperlukan sikap ragu yang kuat terhadap segala sesuatu. Teori ini dikemukakan oleh seorang Filsuf Perancis bernama Rene Descartes (1596--1650 M). Ia berpendapat bahwa jika manusia selalu meragukan (kebenaran) sesuatu, maka disaat bersamaan, ia akan menemukan sesuatu yang tidak diragukan.

Kisah Nabi Ibrahim pun dapat diambil pelajarannya bahwa beliau pernah mengalami suatu waktu dimana ia merasakan rasa skeptis dengan berbagai hal, bahkan skeptis terhadap tuhannya. Saat Nabi Ibrahim melihat kaumnya menyembah berhala beliau tidak percaya begitu saja terhadap kebenaran yang dibuat oleh kaumnya, bahwa tuhan mereka ialah patung yang dibuat oleh ayahnya, nalar kritisnya pun diuji yang perkataannya direkam dalam Al Qur'an

"Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar, "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata" QS Al An'am : 73

Sehingga Nabi Ibrahim pada ayat selanjutnya mencari tahu Penciptanya menggunakan semua inderanya dan juga akal sehat berusaha untuk menemukan sebuah kebenaran yang tidak diragukan lagi kebenarannya

Sebagai manusia yang berpikir dan berkehendak merdeka, manusia telah diberikan akal yang sempurna oleh Allah SWT maka tidak ada salahnya menggunakan dasar keraguan dalam menguji kebenaran yang datang dari luar diri kita. Tetapi, tidak bisa dipungkiri banyak manusia yang enggan menggunakan akalnya dalam menimbang sesuatu sehingga yang muncul merupakan sikap taqlid buta.

Saat kita membicarakan mengenai seorang muslim negarawan maka skeptis adalah sifat yang perlu dimiliki oleh seorang muslim negarawan. Negarawan mempunyai arti orang yang mempunyai keahlian dibidang kenegaraan, dalam menjalankan negara (pemerintahan), pemimpin negara yang secara taat asas menyusun kebijakan negara dengan suatu pandangan ke depan atau mengelola masalah negara dengan kebijaksanaan dan kewibawaan. Tak pantas jika seorang negarawan dalam mengelola masalah negara tidak memiliki sikap skeptisisme terhadap segala kebijakan yang akan ia buat, karena sebelum kebijakan itu rilis ke publik seyogyanya ia terlebih dahulu skeptis terhadap kebijakannya sendiri, apakah kebijakan itu untuk seluruh rakyat atau sebagian kecil rakyat saja.

Sebagai seorang muslim sikap skeptisisme tentunya perlu ditempatkan di tempat yang benar, rasa ragu ditempatkan sebelum rasa yakin ada, bukan terbalik menempatkan keragu-raguan setelah yakin akan suatu kebenaran. Jadikan keragu-raguan sebagai alat dalam menemukan keyakinan.

Muslim Negarawan perlu menjadi orang yang paling skeptis dan kritis sebelum dirinya bertindak, apakah dirinya benar-benar telah memiliki basis ideologi Islam yang mengakar dan pengetahuan yang mapan, apakah dirinya sudah idealis dan konsisten, apakah dirinya sudah berkontribusi dalam memecahkan problematika umat dan bangsa, dan apakah dirinya mampu menjadi perekat komponen bangsa.

Bertindak skeptis berarti menjadikan banyak hal memiliki kemungkinan untuk salah atau benar dimana aspek logika sanggup untuk menangkapnya, yang ada saat ini, sebuah pilihan atau kebijakan didasari atas dasar kepercayaan bukan lagi berdasarkan nalar logika.

Referensi :

- Saifulloh, A. 2013. Pengaruh Skeptisisme terhadap Konsep World Theology dan Global Theology. Jurnal Kalimah. 11(2) :214--236.

- Imam, R. __. Meretas Politik Peradaban. Jurnal Muslim Negarawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun