Mohon tunggu...
Abdu Rozaqi
Abdu Rozaqi Mohon Tunggu... - -

Stay Foolish, Stay Hungry

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Cita-citamu? Menjadi Kaya dan Membahagiakan Orangtua!

6 November 2017   16:02 Diperbarui: 6 November 2017   16:10 2734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di negara-negara berkembang, atau mereka yang tergolong sebagai orang Asia, hampir tiap-tiap dari mereka mengatakan bahwa bahwa mereka ingin sukses (sukses dalam pikiran mereka yakni kaya), dan mereka ingin membahagiakan orangtua mereka. Dua hal tersebut sangatlah bertentangan dengan apa yang dipikirkan atau diinginkan oleh remaja-remaja Barat yang hidup di negara-negara maju seperti Eropa, Australia, maupun Amerika Utara (Kanada dan AS). Jelas memang tidak salah menjadi sukses. Yang jadi masalah, sukses yang ada di benak banyak remaja-remaja Asia di negara-negara berkembang berarti menjadi kaya. 

Dalam perspektif masyarakat Barat, pandangan seperti itu sesat dan tidak memakai logika yang lurus.  Masyarakat Barat memang lebih materialistis daripada masyarakat Timur, namun mereka juga realistis. Sedangkan masyarakat Timur seperti Indonesia ingin menjadi lebih materialistis tetapi sangat tidak realistis. Ini tercermin dari pandangan mereka bahwa menjadi sukses berarti kaya, jika tidak kaya tidak sukses. 

Orang Barat memang materialistis namun mereka sangatlah realistis, berbeda dengan mayoritas orang Indonesia atau orang-orang Asia lainnya yang hidup di negara berkembang yang terkesan ingin materialis tapi tidak realistis. Contoh, membeli mobil dengan cara kredit tapi sebenarnya niat membeli mobil hanyalah untuk pamer dan supaya dipandang kaya, sedangkan kemampuan finansialnya terbatas tetapi tetap dipaksakan. Itu berarti tidak realistis. 

Jika anda tanya kepada remaja-remaja Asia dimanapun negara mereka, mereka pasti mengatakan bahwa mereka ingin sukses (sukses yang mereka maksud adalah kaya) dan membahagiakan orangtua mereka, itu jika ditanya mengenai cita-cita mereka. Di negara Barat, cita-cita remaja-remaja disana bukanlah menjadi kaya maupun membahagiakan orang tua, tetapi lebih kepada "Passion" (Minat) dan "Do The Best" (Berbuat yang terbaik/totalitas). 

Dalam pandangan remaja-remaja di Barat, Jika fokus pada menjadi kaya, berarti bisa saja menghalalkan segala cara untuk meraih kekayaan. Bisa saja mengorbankan harga diri, membuat sensasi murahan, menipu tetangga, membuat gosip, bisa juga melakukan korupsi, untuk meraih kekayaan tersebut. Intinya menghalalkan segala cara. 

Perspektif Barat yang dimaksud disini adalah hasil memang penting, tetapi proses menuju hasil (kekayaan) itu lebih penting. Disini perspektif masyarakat Barat memang logis dan lurus. Bahwa kekayaan tidak bisa dijadikan tolak ukur kesuksesan. Jikapun kekayaan dijadikan tolak ukur, maka harus realistis di lapangan, serta tidak harus serta merta fokus ke kekayaan tanpa melakukan yang terbaik dalam proses mencapai kekayaan tersebut.

Disini agak aneh karena masyarakat Timur dikenal religius dan spiritualis. Sedangkan masyarakat Barat lebih materialis dan liberal. Tetapi cita-cita remaja-remaja Asia ingin sukses dengan kaya. Padahal budaya masyarakat Timur menjelaskan tentang kesederhanaan dan dalam ajaran Islam diketahui bahwa dunia hanya sementara dan harta tidaklah kekal. Memang tidak masalah ingin menjadi kaya. Tetapi menjadi kaya bukanlah cita-cita. Menjadi kaya adalah hasil jerih payah dari apa yang telah dilakukan dalam proses menuju itu. 

Sama halnya seperti seorang muslim yang bercita-cita masuk surga. Memang sah-sah saja tetapi harus dilihat dulu proses nya. Apakah ia layak masuk surga? Bagaimana proses orang tersebut (Apakah sering berbuat baik dan rajin beribadah?) sehingga kok berani ingin bercita-cita masuk surga tapi tidak realistis? Jika orang itu taat beribadah, dermawan, berbuat baik, maka tidak masalah cita-cita ia masuk surga. 

Itulah persepsi masyarakat di negara berkembang, yang jika anda teliti, maka mereka lebih mementingkan hasil dibandingkan proses. Entah prosesnya buruk atau baik, yang penting hasilnya. Sedangkan persepsi masyarakat Barat kebalikannya. Inilah sebenarnya penyebab menjamurnya budaya korupsi di masyarakat Indonesia.

Sedangkan di negara Barat. Para remaja tidak membahagiakan orangtua mereka. Karena kebanyakan orangtua mereka di masa muda, atau masa-masa umur 30 tahunan, sudah merasa bahagia dan tercukupi. Karena apa? Sejak kecil, orang Barat diajarkan untuk melakukan sesuatu dengan Passion. 

Karena dengan memiliki passion, dia akan merasa senang dan mengerjakan sesuatu tanpa beban. Mereka sejak remaja mencari-cari apa yang menjadi kesenangan atau minat mereka. Jika sudah ketemu, mereka menekuninya atau mengerjakan sesuatu itu dengan niat sungguh-sungguh dan dengan ikhlas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun