Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Penulis Buku Non Fiksi (BNSP)

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pinjol Makin Merajalela, Gak Bahaya Ta...?

18 Mei 2025   06:04 Diperbarui: 18 Mei 2025   06:04 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Aplikasi Pinjol (foto Diuanggah dari Kompas.com.SHUTTERSTOCK/KASPARS GRINVALDS)

Pinjaman online alias pinjol sekarang kayak keripik pedas viral -- bikin nagih, tapi juga bikin kepanasan. Awalnya cuma mau coba-coba, eh, tahu-tahu keterusan. Lihat iklannya di mana-mana, dari Instagram sampai aplikasi ojek online: "Butuh duit cepat? Cair dalam 5 menit!" Siapa sih yang nggak tergiur? Apalagi kalau dompet lagi kritis, tagihan numpuk, dan anak minta uang jajan. Pinjol langsung jadi pahlawan tanpa tanda jasa.

Tapi, di balik kecepatan cairnya, pinjol ini kayak rendang cepat saji di warung Padang pinggir jalan. Dari luar, kelihatannya mantap: daging empuk, bumbu melimpah, siap disantap kapan saja. Tapi begitu suapan pertama masuk mulut, loh kok alot? Bumbunya nanggung? Beberapa menit kemudian, perut mulai kram. Ternyata dagingnya keras dan kuahnya asam. Begitulah pinjol -- kelihatan gampang, tapi di balik itu ada bunga yang bikin kepala melintir.

Data Terbaru: Transaksi dan Kredit Macet Pinjol

Sepanjang tahun 2024 hingga awal 2025, transaksi pinjol benar-benar meledak. Data dari OJK menunjukkan bahwa outstanding pinjaman fintech peer-to-peer (P2P) lending mencapai Rp77,02 triliun pada 2024, naik 29,14% dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini mencerminkan lonjakan permintaan kredit cepat, tapi apakah aman?

Faktanya, tidak semua yang terlihat cepat itu aman. Di balik jumlah transaksi yang besar, ada masalah besar pula: kredit macet. Pada Desember 2024, total kredit macet pinjol mencapai Rp2,01 triliun. Yang lebih mengkhawatirkan lagi, mayoritas kasus kredit macet ini berasal dari kelompok usia 19-34 tahun -- anak muda yang mungkin masih minim literasi keuangan.

Masalah pinjol makin rumit ketika dana dari bansos atau BLT yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan pokok malah lari buat nutup utang pinjol. Alih-alih menyelamatkan ekonomi rumah tangga, bantuan negara justru jadi bahan bakar utang berbunga tinggi.

Pinjol Buat Judol Jebakan Batman!

Masalahnya, banyak yang pakai duit pinjol bukan buat kebutuhan pokok, tapi buat judol (judi online). Pikiran mereka simple: pinjam dulu, menang judi, lunasin sekaligus, sisa uangnya buat gaya-gayaan. Tapi, kenyataan nggak seindah harapan. Sekali kalah, duit pinjol habis. Malah pinjam lagi buat balikin modal. Gali lubang, tutup jurang, jatuhnya hidup kayak drama sinetron penuh tangisan.

Dan yang lebih parah, ada yang pakai uang bansos atau BLT buat nutup utang pinjol. Pemerintah niatnya kasih bantuan biar dapur tetap ngebul, eh malah lari ke aplikasi pinjol. Negara niatnya bantu, tapi rakyat malah makin terjerat utang. Gimana nggak miris?

OJK dan Negara, Jangan Cuma Jadi Wasit!

Masalahnya, OJK cuma fokus blokir pinjol ilegal. Padahal, pinjol resmi yang bunganya juga mencekik tetap saja bikin rakyat melilit. Bukannya tegas, regulasi malah nanggung. Negara harusnya hadir, jangan cuma jadi wasit tanpa aturan yang jelas. Jangan sampai rakyat terus-terusan digilas kredit cepat saji yang bikin hidup makin kacau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun