Lebaran tahun ini jadi panggung drama politik yang syahdu---lebih syahdu dari sinetron Ramadan prime time. Beberapa menteri Kabinet Merah Putih mendadak 'pulang kampung politik'. Bukan ke kampung halaman pribadi, tapi ke kota kenangan, Solo.
Ada yang datang bawa senyum. Ada yang datang naik jet pribadi. Tapi semua datang dengan alasan yang sama: silaturahmi Lebaran.
Masalahnya, yang dikunjungi bukan ayah-ibu, bukan mertua juga. Yang disambangi adalah sang mantan---mantan presiden yang kini tinggal di Solo, tapi masih tinggal juga di hati mereka.
Solo Balapan dan Aroma Masa Lalu
Setasiun Solo Balapan, tempat yang disebut Didi Kempot dalam lagu-lagunya, adalah simbol dari luka, rindu, dan kisah yang tak selesai. Dari stasiun itu, para perantau meninggalkan cinta lama... atau justru kembali mencari rasa yang belum tuntas.
Kini, para menteri ikut jadi penumpang emosional. Stasiun Balapan tak lagi hanya mengantar kereta, tapi juga mengantar perasaan politik.
"Setia di sumpah jabatan, tapi rindu tetap tertambat di stasiun yang lama."
Ikrar Setia --- Tapi Cinta Lama Belum Selesai
Upacara pelantikan itu sakral. Lafal sumpah jabatan menggelegar, dilafalkan di hadapan simbol negara, kitab suci, dan secarik kertas janji yang ditandatangani dengan pena formal.
Ada yang terlihat khidmat. Ada yang matanya berkaca-kaca, seolah berkata pada rakyat:
"Ini adalah tanggung jawab besar. Saya akan setia. Saya akan mengabdi."