Kambing Jono dan Tumpeng Pak Lurah
Ini adalah cuplikan kisah dagelan ludruk. Di sebuah desa nun jauh di pedalaman Jawa Timur, tepatnya di Desa Karang Kapit, terjadi kegaduhan luar biasa. Pak Wito, seorang peternak sederhana, datang tergopoh-gopoh ke Balai Desa dengan wajah merah padam.
"Pak Lurah! Kambing saya hilang! Raib! Ndak ada jejak! Ini jelas kerjaan maling!"
Pak Lurah yang sedang asyik ngopi langsung menegakkan badan, menatap perangkat desa yang sedang selonjoran di balai desa---dari Pak RT, Pak RW, Pak Kaur Ketertiban, Pak Hansip, sampai Pak Kadus.
"Wah, ini gawat! Kita harus cari siapa pelakunya! Siapa yang kira-kira mencurigakan?"
Warga yang hobi nyinyir pun langsung memberikan bocoran:
"Kayaknya si Jono, Pak. Kemarin dia nanya-nanya harga kambing Pak Wito, eh sekarang hilang!"
Maka, berangkatlah pasukan elit desa, dipimpin langsung oleh Pak Lurah, menuju rumah Jono untuk klarifikasi. Namun, begitu sampai, ternyata Jono sedang mengadakan kenduri tumpengan.
"Assalamu'alaikum, Pak Lurah dan para perangkat desa! Monggo, monggo masuk! Hari ini saya punya hajat, mohon doanya!" kata Jono dengan ramah.
Pak Lurah yang tadinya datang dengan niat menangkap maling, kini melihat tumpeng besar di meja, lengkap dengan lauk-pauk menggoda: sate kambing, gulai, sop, hingga rica-rica kambing yang masih mengepul hangat.
Para perangkat desa saling pandang. Perut sudah mulai lapar.
Pak Jono tersenyum.
"Pak Lurah dan semua yang hadir, ayo makan dulu! Setelah makan, baru kita bicara serius!"