Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Bisnis Law

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Pahlawan di Medan Tugas, Apresiasi untuk Polisi yang Gugur Demi Keadilan

7 April 2025   14:51 Diperbarui: 7 April 2025   14:51 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
3 Orang Anggota Polri terbaik, gugur dalam Tugas (dok. Humas Polda Lampung).

Perjuangan seorang polisi dalam menegakkan hukum bukanlah tugas yang ringan. Mereka bukan sekadar aparatur negara yang bekerja dari balik meja, tetapi garda terdepan yang mempertaruhkan nyawa demi tegaknya keadilan. 

Namun, sering kali pengorbanan ini tidak mendapat cukup penghargaan yang seharusnya, bahkan diabaikan oleh sebagian masyarakat yang justru menikmati keamanan tanpa memahami risiko besar yang dihadapi oleh para penegak hukum.

Peristiwa tragis di Kampung Karang Manik, Kecamatan Negara Batin, Kabupaten Way Kanan, Lampung, adalah salah satu bukti nyata bagaimana kejahatan yang telah mengakar dan berjejaring begitu kuat dapat menjadi ancaman serius bagi aparat kepolisian. 

Penggerebekan yang seharusnya menjadi langkah berani dalam memberantas praktik perjudian sabung ayam justru berubah menjadi peristiwa berdarah yang merenggut nyawa tiga anggota Polri: Kapolsek Negara Batin Iptu Lusiyanto, Bripka Petrus Apriyanto, dan Bripda Ghalib Surya Ganta.

Mereka tidak sekadar gugur dalam tugas---mereka dibunuh oleh tangan-tangan yang tak ingin kejahatan mereka terbongkar. Ini bukan sekadar kehilangan bagi institusi Polri, tetapi sebuah tamparan keras bagi kita semua. Di negeri yang menjunjung supremasi hukum, masih ada aparat yang harus kehilangan nyawa hanya karena menegakkan aturan.

Sabung ayam bukan sekadar perjudian biasa. Ini adalah jaringan kejahatan yang terstruktur, melibatkan berbagai pihak, termasuk mereka yang punya kuasa dan kepentingan tersembunyi. 

Tempat-tempat perjudian semacam ini bukan hanya merusak moral masyarakat, tetapi juga menjadi lahan subur bagi aktivitas ilegal lainnya seperti narkoba, pencucian uang, hingga korupsi. Kejahatan ini seperti kanker dalam tubuh bangsa yang terus tumbuh jika tidak dipotong hingga ke akarnya.

Namun, ironisnya, keberanian Polri dalam memberantas kejahatan ini justru berujung pada duka. Tiga nyawa melayang, tiga keluarga kehilangan orang tercinta, dan institusi Polri kembali dirundung kesedihan karena kehilangan personel terbaiknya. 

Di tengah situasi ini, kita sebagai masyarakat seharusnya merasa prihatin dan marah---bukan hanya karena tiga anggota Polri gugur, tetapi karena ada pihak yang merasa kebal hukum hingga berani menghabisi aparat negara.

Jika penegak hukum pun bisa dibungkam dengan peluru, bagaimana dengan masyarakat biasa?

Kasus ini harus menjadi momentum bagi kita semua untuk mendukung Polri dalam perang melawan kejahatan yang telah berakar kuat. Institusi Polri tidak boleh dibiarkan berjuang sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun