Ketika saya menghadiri wisuda anak pertama saya di Universitas Putra Malaysia, suasananya hampir tidak berbeda dengan acara wisuda di Indonesia. Prosesi akademik berlangsung khidmat, para mahasiswa mengenakan toga dengan penuh kebanggaan, dan keluarga mereka bersorak merayakan pencapaian tersebut.Â
Namun, ada satu momen yang membuat saya tersadar bahwa orientasi pendidikan di Malaysia sangat berbeda dengan di Indonesia.
Pada akhir acara, setelah para mahasiswa melempar topi toga mereka ke atas sebagai simbol kelulusan, pembawa acara menyampaikan sebuah kalimat yang membekas dalam ingatan saya, Â "Selamat datang para duta-duta dunia, Anda hadir untuk dunia!" Kalimat ini bukan sekadar ucapan seremonial, melainkan manifestasi dari visi kampus yang berorientasi global.
 Universitas di Malaysia telah lama menyiapkan mahasiswanya untuk menjadi bagian dari komunitas internasional, berbeda dengan kampus-kampus di Indonesia yang masih berfokus pada pasar domestik.
Indonesia Harus Berorientasi Global
Sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, Indonesia seharusnya memiliki orientasi global dalam menghadapi persaingan ekonomi dan tenaga kerja internasional. Jika generasi muda Indonesia masih berpikir secara domestik tanpa menyesuaikan diri dengan tren global, maka akan menjadi kontra-produktif terhadap perkembangan ekonomi nasional.
Kesempatan kerja di dalam negeri semakin terbatas, sementara industri global lebih tertarik berinvestasi di negara-negara dengan iklim investasi yang kondusif. Negara-negara ASEAN mulai terbuka terhadap pasar global, begitu pula Pakistan dan India, yang penduduknya tersebar di berbagai belahan dunia. Oleh karena itu, Indonesia tidak boleh tertinggal dan harus lebih aktif dalam menyiapkan generasi muda agar siap berkompetisi di kancah internasional.
Karier di Luar Negeri. Pilihan yang Lebih Menjanjikan
Bekerja di luar negeri bagi lulusan universitas di Malaysia bukanlah hal yang sulit atau menakutkan. Sebagian besar tempat magang di sana menawarkan peluang kerja dengan gaji standar fresh graduate, yang cukup layak untuk membangun kehidupan mandiri di kota besar seperti Kuala Lumpur.Â
Dengan gaji pertama, seorang fresh graduate sudah bisa menyewa apartemen premium tipe studio di pusat kota, dan jika hidup hemat, bahkan bisa mulai mencicil kendaraan pribadi. Meski demikian, banyak yang lebih memilih menggunakan t ransportasi umum karena lebih efisien dan nyaman, terutama dengan biaya parkir yang tinggi di kawasan bisnis.
Setelah dua tahun bekerja di Malaysia, anak saya memutuskan untuk melanjutkan studi di Manchester, Inggris. Karena sudah terbiasa bekerja di luar negeri, ia tanpa ragu memilih Inggris sebagai tujuan studi masternya dan tetap memiliki keinginan untuk berkarier di Eropa. Ini adalah bentuk pemikiran global yang telah terbentuk dari pengalaman dan paparan lingkungan internasional yang dialaminya sebelumnya.