Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Praktisi Bisnis

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Program Makan Bergizi Gratis, Fokus pada Stunting untuk Masa Depan Anak Bangsa

29 November 2024   09:24 Diperbarui: 29 November 2024   09:24 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerjasama antara IPHI dengan BKKBN penanggulangan stunting  ( foto Dok IPHI)

Indonesia telah memulai langkah besar dengan meluncurkan Program Makan Bergizi Gratis untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan sasaran utama anak-anak usia sekolah, ibu hamil, dan menyusui, program ini bertujuan mengatasi masalah gizi buruk yang menjadi akar dari banyak permasalahan kesehatan dan sosial di Indonesia. Namun, dalam konteks stunting---yang masih menjadi momok besar bagi bangsa ini---program ini harus diarahkan lebih fokus dan tepat sasaran.

Stunting, yang ditandai dengan tinggi badan yang jauh di bawah standar usia anak akibat kurang gizi kronis, lebih dari sekadar masalah fisik. Ini adalah indikator kegagalan kita sebagai bangsa dalam memenuhi hak dasar anak-anak untuk hidup sehat dan berkembang optimal. Data terbaru dari BPS dan Kementerian Kesehatan menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia masih sebesar 21,6%. Angka ini jauh dari target pemerintah untuk menurunkan angka tersebut menjadi di bawah 14% pada tahun 2024. Jika kita tidak bertindak lebih fokus, target itu hanya akan menjadi angan-angan.

Mengapa Stunting Adalah Masalah yang Mendesak?

Stunting bukan hanya soal tinggi badan. Anak-anak yang mengalami stunting berisiko memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah, mudah terkena penyakit, dan memiliki produktivitas yang terbatas di masa depan. Mereka berpotensi menjadi generasi yang tidak kompetitif, menghambat kemajuan bangsa. Dalam konteks pembangunan, stunting adalah ancaman nyata terhadap kualitas sumber daya manusia Indonesia yang sangat kita butuhkan untuk bersaing di dunia global.

Lebih buruk lagi, stunting mencerminkan ketimpangan sosial yang masih ada di Indonesia. Wilayah dengan prevalensi stunting tinggi seperti NTT, Papua, dan sebagian wilayah Sumatra menunjukkan bahwa akses terhadap gizi yang memadai masih menjadi tantangan besar. Anak-anak di daerah ini sangat rentan dan membutuhkan perhatian khusus.

Program Makan Bergizi Gratis: Langkah Strategis yang Perlu Fokus

Program Makan Bergizi Gratis yang dirancang untuk menyediakan dua kali makanan bergizi setiap hari kepada anak-anak sekolah adalah langkah besar dan ambisius. Dengan alokasi anggaran sebesar Rp71 triliun untuk tahun pertama, program ini diharapkan menjangkau hingga 44 juta anak sekolah, serta ibu hamil dan menyusui. Namun, untuk memastikan dampaknya terhadap penurunan stunting, program ini harus lebih terarah.

Fokus pada Masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)

Para ahli gizi dan kesehatan sepakat bahwa masa 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), dari kehamilan hingga anak berusia dua tahun, adalah periode emas untuk mencegah stunting. Intervensi gizi pada masa ini memiliki dampak jangka panjang yang luar biasa terhadap kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas anak. Program ini harus memberikan prioritas khusus pada ibu hamil dan menyusui di daerah dengan prevalensi stunting tinggi. Pemberian makanan bergizi khusus untuk ibu hamil dan balita, seperti protein hewani, zat besi, asam folat, dan vitamin A, sangat krusial.

Kualitas dan Distribusi Makanan

Makanan yang diberikan dalam program ini harus memenuhi kebutuhan gizi mikro dan makro yang penting bagi pertumbuhan. Tidak cukup hanya mengisi perut anak-anak, tetapi harus memastikan mereka mendapatkan zat gizi penting seperti zat besi, zinc, kalsium, dan vitamin A. Selain itu, distribusi makanan harus dipantau dengan ketat untuk memastikan bahwa makanan benar-benar sampai ke tangan mereka yang membutuhkan, terutama di daerah terpencil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun