Kalau target ini memang sungguh-sungguh ingin direalisasikan, maka keinginan yang diikuti pembuktian yang serasi harus ditunjukkanya.
Jangankan mencintai  orang lain sederajat, seegalitarin, dan semulia dirinya, Tuhan saja kadang-kadang dikalahkan dan "dimarjinalkan"-nya  atau dialinasikan dari konstruksi relasi social, politik, ekonomi, dan budayanya.Â
Akhirnya klaster "kekalahan" Tuhan (agama) ini disebabkan tarikan dan desakan kepentingan diri, kroni, dan  amarah.Â
Dendam  jauh lebih diberi tempat secara superoristik dan tiranik, sehingga tampilan perilakunya tidak lagi memproduksi penghormatan terhadap sesama manusia, tetapi ragam pembinatangan.
Oleh Abdul Wahid,
Pengajar Universitas Islam Malang dan Penulis Buku