Penyejarahan kesucian amanat itu merupakan kunci utama yang menentukan terkonstruksinya bangsa di negeri ini menjadi "Indonesia Madani", suatu bangsa yang gigih memperjuangkan dan mencintai ajaran kebenaran, keadilan, kemanusiaan, kesamaan derajat, kesatuan ant komponen rakyat, kewibawaan  dan kebersihan praktik pemerintahannya.
Kesucian amanat yang dijaga atau tak dibiarkan dilindas oleh nafsu khianat akan mampu menjauhkan konfilk vertikal (antar elit sosial-politik) maupun konflik vertikal, karena masing-masing diri merasa dituntut oleh tanggungjawab untuk mewujudkan harmoni dan kesucian hidup berbangsa.
Begitupun salah satu langkah yang dikonstruksi Nabi saat mereformasi kultur kebiadaban masyarakat arab jahiliah empat belas abad lalu menuju kultur berperadaban, seperti menghormati hak-hak "wong alit", menghentikan praktik kejahatan melawan kemanusiaan (crime againts humanity), Â dan menyembuhkan penyakit-penyakit sosial seperti seks bebas, mabuk-mabukan, perjudian dan kriminalitas berkualitas akut adalah dengan gencar menghidangkan "menu" akhlah yang baik.
Komponen elit sosial, politik, kultural dan ekonomi bangsa Arab saat itu dibuat kagum  dan mempercayai kepribadian Nabi Muhammad bukan lantaran beliau menunjukkan aspek teologis yang diimaninya, melainkan karena akhlak mulia yang berhasil diaplikasikannya, terutama amanat kepemimpinan kebangsaannya yang beretos universalitas, humanitas, kejujuran dan tak dipagar oleh pembiasan kepentingan SARA. Dalam ranah inilah kita harus belajar banyak.