Mohon tunggu...
Abdul Syukur
Abdul Syukur Mohon Tunggu... Dosen - dosen

saya suka membaca dan menulis tentang banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Praktik Baik Merdeka Belajar di Pondok Pesantren

31 Mei 2023   22:12 Diperbarui: 31 Mei 2023   22:14 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Awal mendengar istilah merdeka belajar saya sempat geli, yang terlintas di pikiran adalah, kapan belajar itu terjajah? Bukankah tujuan belajar tidak lain hanyalah untuk memerdekakan diri dari kungkungan kebodohan dan keterbelakangan? Seiring bergulirnya waktu saya mencoba merenungi aktifitas harian yang selama ini saya tekuni dan saya banggakan.

Ternyata, saya baru sadar bahwa selama ini saya kerap kali merasa tertekan saat punya jadwal mengajar, padahal mengajar termasuk rutinitas yang menurut saya tidak membutuhkan banyak energi, santai, dan ringan. Tapi, aktifitas yang hanya bertemu orang itu-itu saja, lingkungan yang itu-itu juga, dan materi pelajaran yang selalu sama setiap tahunnya, membuat saya bosan dan tertekan.

Hal ini saya yakin bukan hanya dirasakan saya pribadi, guru, dosen, dan para pendidik yang lain bisa merasakan hal yang sama. Belum lagi, anak-anak didik yang notabenenya merupakan objek pembelajaran, atau dengan bahasa yang lebih tepat tapi kurang enak didengar 'korban pembelajaran', pasti mereka merasa lebih bosan dan lebih tertekan lagi.

Sedikit demi sedikit saya mengikuti alur merdeka belajar ini, yang di antara tujuannya adalah menghilangkan semua bentuk 'penjajahan' dalam dunia pendidikan sebagai sudah saya gambarkan di atas. Sebab, merdeka belajar memberikan ruang kemerdekaan terhadap para guru, kepala sekolah, siswa, dan semua pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan untuk berkreasi dan berinovasi sesuai tugasnya masing-masing.

Entah karena sudah suratan takdir atau hanya kebetulan belaka, konsep merdeka belajar saya temukan padanannya dalam beberapa program pembelajaran pesantren tempat saya mengajar. Kemerdekaan guru dalam mengembangkan materi ajarnya, dan kemerdekaan murid dalam menentukan minat dan bakatnya terealisasi dalam kegiatan ekstrakurekuler pesantren, seperti pusat pengembangan bahasa Arab (markaz bahasa Arab), pusat pengembangan bahasa Ingris, markaz baca kitab, pusat hafalan al-Qur'an, dan lain sebagainya.

Demikian juga dalam kegiatan bahsul masail (Forum diskusi fikih Islam), dalam forum ini guru atau pembimbing berperan sebagai pendamping, tidak mencekoki para peserta atau murid-muridnya dengan pendapatnya atau cara pandang dia dalam menyelesaikan masalah fikih. Begitupun para peserta bahsul masail atau para murid yang diberi kebebasan penuh dalam mengutarakan pendapatnya dan bagaimana ia menentukan sendiri sudut pandang berpikirnya.

Tidak hanya itu, dalam forum bahsul masail setiap peserta dituntut untuk menguasai secara detail tema pembahasan yang akan dikaji, disertai argumentasi yang kuat, referensi yang akurat, dan kesimpulan yang tepat. Pembelajaran dalam forum ini benar-benar menjadikan peserta didik sebagai pusat pembelajaran, mereka mencari bahan diskusi sendiri, mencari referensi sendiri, mencari jawaban sendiri, dan membuat kesimpulan sendiri. Semuanya serba mandiri, sementara peran guru hanya sebagai pendamping yang memberikan alternatif pendapat, memperkaya bahan referensi, dan mengoreksi kesimpulan akhir.

Ini hanya contoh kecil dari kemiripan konsep merdeka belajar yang dicanangkan pemerintah dengan praktik pembelajaran yang selama ini ada di pondok pesantren. Sehingga, penerapan merdeka belajar pada masing-masing lembaga yang ada di pondok pesantren tidak akan mengalami kesulitan. Bahkan, dalam ruang lingkup yang lebih luas, pondok pesantren sudah melangkah lebih jauh dalam menjaga dan merawat kebhinekaan antar anak bangsa yang berbeda suku, bahasa, budaya, warna kulit, dan berbagai perbedaan lainnya.

Nilai toleransi, saling menghormati, tolong menolong, dan berbagai nilai luhur lainnya yang merupakan manifestasi dari kemuliaan sikap dalam dunia pendidikan, sebagaimana cita-cita kurikulum merdeka sudah terpatri kuat dalam sanubari para civitas akademika pondok pesantren.

Alhasil, saya menemukan kemerdekaan belajar-mengajar dalam praktik baik merdeka belajar di pondok pesantren tempat saya mengajar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun