Fenomena perubahan iklim global sulit dihindari. Tapi dapat dimitigasi dengan teknologi. Fenomena perubahan iklim global saat ini menjadi tantangan bagi industri perikanan budidaya (Akuakultur).
Untuk menjawab tantangan tersebut diperlukan penerapan perekayasaan teknologi akuakultur. Hal itu dikatakan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Edy Prabowo yang diwakili oleh Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto pada acara webinar Tropical Aquaculture Innovation Conference dengan tema Dampak Perubahan Iklim Terhadap Akuakultur Tropis yang diselenggarakan oleh Info Akuakultur dan Himperindo (20/10).
Agar akuakultur mampu bertahan di tengah perubahan iklim, Slamet Soebjakto mengatakan bahwa bahwa ada 4 (empat) poin penting yang perlu dilakukan, yakni : Pertama, pengelolaan akuakultur melalui pendekatan ekosistem (Ecosystem Approach for Aquaculture); Kedua, Asuransi Pembudidaya Ikan Kecil (APIK) sebagai bagian dari langkah adaptif dari sisi ekonomi; Ketiga, pengembangan teknologi akuakultur yang adaptif berbasis mitigasi; Keempat, penentuan zonasi akuakultur yang tepat sebagai  langkah adaptasi penting dalam mengantisipasi perubahan iklim.
Kepala BPPT Dr. Hammam Riza mengatakan, saat ini kita sedang menghadapi lanina yang dapat merusak lingkungan termasuk kegiatan budidaya perikanan. Untuk itu perlu dikembangkan inovasi teknologi akuakultur yang adaptif terhadap perubahan iklim dan berkelanjutan.
Menurut kepala BMKG 2007 -- 2013, Dr. Andi Eka Sakya M.Eng, dampak global perubahan iklim yang sedang terjadi dapat dimitigasi dengan adaptasi melalui proses monitoring parameter lingkungan lokal di darat, laut dan di sekitar kegiatan budidaya perikanan dilakukan.Â
Andi Eka menjelaskan bahwa kenaikan emisi karbon yang mengakibatkan kenaikan suhu global, berdampak negatif pada kondisi lingkungan laut dan pesisir. Akibatnya, dapat menjadi pemicu terjadinya pengasaman, eutropikasi, deoksigenasi dan hipoksia pesisir yang dapat mengganggu keberlanjutan ekosistem pesisir termasuk pada kegiatan akuakultur.Â
Menteri Riset Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional, Bambang Permadi Soemantri  Brodjonegoro mengatakan, Perubahan iklim terjadi salah satunya karena pengurasan sumberdaya di bumi. Potensi produksi perikanan dan kelautan Indonesia terbesar di dunia.Â
Data produksi perikanan ada kenaikan 2017-2018. Dengan produksi yang begitu besar maka meningkatan juga nilai ekspor setiap tahunnya. Demikian juga komoditas yang potensial di Indonesia adalah rumput laut, ini perlu diidentifikasi lagi, mengingat lebih mudah untuk ditangani dan mempunyai pasar yang cukup besar.