Mohon tunggu...
Abdul Rahman Saleh
Abdul Rahman Saleh Mohon Tunggu... Pensiunan Pustakawan di Institut Pertanian Bogor

Bekerja di Perpustakaan IPB sejak tahun 1982 dan pernah menduduki jabatan Pustakawan Ahli Utama di perpustakaan yang sama. Kini kegiatan di masa pensiunnya adalah menulis opini, puisi, cerpen, novel dan menulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Panggung Tanpa Penonton - Bagian 25, 26, 27, dan 28 (Tamat)

13 Juni 2025   19:15 Diperbarui: 13 Juni 2025   19:15 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian 25: Saat Penjaga Harus Dijaga

Rina jatuh, tepat saat Arman mulai bangkit.

Pagi itu seperti biasa. Mereka baru pulang dari warung kecil tempat Rina menitipkan beberapa barang dagangan. Rina tampak lemas, tapi tetap tersenyum. "Mas, istirahat dulu ya. Aku cuma mau nyapu halaman sebentar."

Tapi sebelum sapu sempat menyentuh tanah, tubuh Rina terhuyung. Tangannya bergetar, wajahnya pucat. Lalu tiba-tiba, ia menggumam tak jelas---nyeracau. "Bowo... susu... jangan lupa beli...ada orang melempar telur....telur busuk..." Suaranya gemetar. Matanya kosong.

Arman panik. Dengan tubuhnya yang belum sepenuhnya pulih, ia berlari terseok menahan tubuh Rina yang nyaris roboh.

Di rumah sakit, hasil diagnosa keluar cepat: hiperglikemia akut. Kadar gula darah Rina melambung tinggi, bahkan tak terdeteksi alat standar.

"Dok... tapi dia hampir gak makan apa-apa dua hari terakhir," kata Arman panik. "Cuma biskuit khusus diabetes dan susu rendah gula. Itu pun cuma beberapa sendok."

Dokter menatap Arman penuh pengertian. "Bapak benar. Tapi makanan bukan satu-satunya penyebab naiknya gula darah. Stres juga bisa. Kelelahan, tekanan emosi, perasaan cemas berkepanjangan... Itu semua bisa memperparah kondisi diabetes."

Arman terdiam. Wajah Rina yang pucat di ranjang rumah sakit seakan menjawab semuanya. Perjuangan menjaga suaminya, kurang tidur, rasa takut kehilangan, semua itu kini ditagih tubuhnya.

Rina sempat kehilangan kesadaran beberapa jam. Tangannya tremor, mulutnya komat-kamit menyebut nama-nama yang tak jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun