Mohon tunggu...
Abdul Majid Hariadi
Abdul Majid Hariadi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis, Pengajar Praktik Guru Penggerak, Fasilitator Guru Penggerak

Guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Saatnya Belajar Efektif di Masa Pandemi

2 Mei 2020   21:06 Diperbarui: 2 Mei 2020   21:25 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) mengubah segalanya. Salah satu yang mengalami dampak serius adalah institusi pendidikan. Berbagai agenda pendidikan nasional mengalami perubahan. Proses pembelajaran di lakukan secara jarak jauh, ujian nasional ditiadakan, dan murid yang praktik di industri juga ditarik. Kondisi demikian mengejutkan sekaligus menimbulkan kegagapan.

Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, ada banyak sekali tantangan yang harus dihadapi oleh guru, orangtua, dan murid. Guru menghadapi era baru dan situasi yang tidak mudah. Secara radikal guru harus mengubah pola pembelajaran. Penggunaan teknologi menjadi satu-satunya cara untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Guru yang belum terbiasa dengan perkembangan teknologi mengalami banyak kendala. Belum lagi guru harus melakukan penilaian kepada murid.

Orangtua juga mengalami tantangan yang tidak ringan. Ada kondisi baru di mana sebelumnya setiap anggota keluarga beraktivitas di luar rumah, saat ini semuanya beraktivitas di rumah. Orangtua bekerja dari rumah dan anak belajar di rumah.

Faktanya, kondisi yang terjadi tidak sesederhana itu. Ketika semua aktivitas di lakukan di rumah ternyata banyak permasalahan juga yang harus dibawa ke rumah. Tidak sedikit orangtua yang bekerja lebih keras karena kondisi ekonominya menurun, orangtua mengalami pemutusan hubungan kerja, dan ada anggota keluarga yang sakit.

Di sisi lain orangtua yang sebelumnya memercayakan pendidikan anak kepada guru dan sekolah harus turut ambil peran. Orangtua akhirnya juga merasa kesulitan karena harus berperan sebagai guru, pengajar, dan pemimpin di rumah. Kondisi demikian tentu sangat memengaruhi segala aspek kehidupan dalam keluarga.

Demikian juga yang dialami oleh murid. Mereka merasa sulit karena tidak terbiasa belajar secara mandiri. PJJ yang sudah berjalan lebih dari empat pekan belum menemukan kondisi ideal bagi murid. Tentu karena hal ini dipengaruhi oleh beragam faktor. Bahkan dari persepsi murid, model PJJ yang dilakukan selama masa pandemi tidak membuat mereka nyaman dan bahagia.

Hasil survei yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan tingkat persepsi murid terhadap PJJ. Survei tersebut dilakukan pada 13-20 April 2020 terhadap 1.700 murid di berbagai jenjang. Hasilnya adalah sekitar 76,7 persen mengaku tidak senang mengikuti PJJ. Terdapat 81,8 persen murid yang menyatakan selama empat pekan PJJ hanya diberi tugas oleh guru tanpa adanya diskusi ataupun penjelasan materi. Selain itu sebanyak 73,2 persen murid merasa mendapat tugas berat dari guru (Kompas, 28/04/2020).

Beragam permasalahan pada masa pandemi tersebut tentu sangat berpengaruh pada pola pengasuhan dan pendidikan anak-anak. Dibutuhkan strategi yang tepat agar proses PJJ dapat berjalan dengan efektif dan menyenangkan. Untuk mencapainya ada beberapa strategi yang dapat diterapkan.

Pertama, mengkondisikan disiplin belajar. Hal ini dengan menerapkan anak belajar seperti halnya pada saat belajar di sekolah. Dalam arti, anak tetap dibiasakan memiliki disiplin belajar dengan menyediakan ruang dan waktu belajar secara khusus. Jika memungkinkan orangtua dapat menyediakan sudut belajar di rumah dengan beragam alat belajar yang dimiliki.

Kedua, agar proses belajar di rumah berjalan efektif dibutuhkan kolaborasi. Belajar pada kondisi saat ini memang tidak mudah. Namun, jika semua memiliki kesadaran bersama maka akan dapat berjalan lebih mudah. Kondisi yang demikian semakin membuka kesadaran bahwa pendidikan ternyata tidak hanya dapat dilakukan di sekolah.

Benarlah apa yang disampaikan oleh Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, bahwa setiap orang bisa menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah. Kolaborasi di sini merupakan wujud dari konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang dituangkan dalam tri sentra pendidikan. Yaitu, sentra keluarga, sentra perguruan/sekolah, dan sentra masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun