Mohon tunggu...
Abdul Majid Hariadi
Abdul Majid Hariadi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis, Pengajar Praktik Guru Penggerak, Fasilitator Guru Penggerak

Guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Harap Senang Ada Unas

25 Maret 2019   07:45 Diperbarui: 25 Maret 2019   07:48 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kedua, sebagai pertimbangan seleksi masuk ke jenjang berikutnya. Ketiga, sebagai dasar pembinaan dan pemberian bantuan kepada sekolah untuk pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan.  

Bagaimanapun juga pelaksanaan unas yang bukan menjadi penentu kelulusan murid tetap menjadi tantangan berbagai pihak. Jika unas sebelumnya yang menjadi penentu kelulusan murid banyak pihak yang berargumen bahwa peran guru dan sekolah telah diamputasi. Padahal merekalah pihak yang paling tahu dengan kondisinya murid. 

Bahkan secara akstrem, akhirnya guru terlibat dalam penurunan kredibilitas unas dengan berbagai kecurangan yang bertentangan nilai-nilai pedagogis. Nilai-nilai etika dan kebajikan sebagai ruh pendidikan di satuan pendidikan lenyap. Penghargaan atas kerja keras, kejujuran, dan religiositas murid tergadaikan atas nama baik sekolah dan berbagai pihak yang berkepentingan.

Demikian juga pelaksanaan unas tahun ini tentu tidak berbeda jauh dengan model pelaksanaan unas sebelumnya, walaupun tantangannya berbeda. Ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan terutama menyangkut membangun konsepi praksis pendidikan nasional. 

Pengembalian mandat bahwa guru dan sekolah memiliki hak sepenuhnya untuk menentukan kelulusan murid telah mengangkat marwah guru dan sekolah. 

Namun di sisi lain kepercayaan ini menjadi tantangan yang tidak ringan. Guru harus benar-benar mampu menjaga kualitas belajar dan memberikan nilai sesuai dengan ketercapaian kompetensi oleh murid.

Hal tersebut sangat penting dilakukan karena selama ini sebagian besar satuan pendidikan masih terjebak pada perolehan nilai dalam jubah unas. Sekolah yang mampu meluluskan murid dengan persentase tinggi dianggap memiliki kualitas yang baik. Akibatnya banyak terjadi manipulasi nilai yang kemudian memberikan garansi 100 persen kelulusan bagi muridnya.

Tantangan lain yang saat ini mulai dirasakan oleh guru dan sekolah dengan unas yang tidak lagi menjadi penentu kelulusan adalah luruhnya motivasi belajar murid. 

Anggapan yang muncul adalah perolehan nilai berapa pun pada unas tidak berpengaruh pada kelulusan mereka. Tantangan guru harus meningkatkan kualitas belajar dan meningkatkan motivas belajar terdapat korelasi yang kuat. 

Inilah sebenarnya esensi dari upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan bisa ditentukan dengan proses pembelajaran dan sistem penilaian yang menyenangkan.  

Begitulah unas yang saat ini diselenggarakan seharusnya menjadi sistem penilaian yang dapat dipercaya (credible), dapat diterima (acceptable), dan dapat dipertanggungjawabkan (accountable). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun