Mohon tunggu...
Abdullah Zain
Abdullah Zain Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Mahasiswa Universitas Diponegoro

In Harmonia Progressio

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Pendosa di Ujung Kasih

13 Maret 2021   18:43 Diperbarui: 13 Maret 2021   18:55 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: karyapemuda.com

Pendosa di Ujung Kasih

Menjelang subuh Ujang datang dengan kondisi teler, nampaknya ia bawa buah tangan.
Sial, ternyata sebotol anggur di tangan kiri, dan sebatang rokok di tangan kanan.
Pria yang digadang-gadang dapat mengentaskan keluarga dari jurang kemiskinan itu sama saja.
Sama saja dengan bapaknya yang malah menyeret ke jurang yang lebih dalam.

Surti hanya memendam kepedihannya dalam-dalam.
Ia ingat betul ketika dulu memadu kasih dengan bapaknya Ujang.
Persis seperti Ujang masa kini.
Kepala batu, pembangkang, liar, kasar, dan tebal hati.

Surti selalu mendepak jauh-jauh kemurkaannya.
Ia hanya sabar menyelimuti hati dengan kelembutan.
Lamun cobaan yang berliku nan terjal, Surti menyempatkan untuk menghadap sang kuasa.
Menyelinap di sepertiga malam, memohon ampun dan meminta rahmat.

Ujang kembali pulang, matanya terbelalak melihat Surti yang sedang berdoa.
Terdengar jelas nama Ujang disebut dalam doanya, sekejap hatinya mulai belingsatan.
Merasa sejauh ini telah menggempur habis-habisan hati sang Ibu.
Tak terbendung lagi, air matanya mulai menderas, bibir bergetar seraya berucap "Ujang minta maaf buuk..."

Puisi sebelumnya: Amarah Telah Usai

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun