Mohon tunggu...
Abdullah Zain
Abdullah Zain Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Mahasiswa Universitas Diponegoro

In Harmonia Progressio

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Salah Tingkah, Begini Etika untuk Melayat

8 Maret 2021   13:00 Diperbarui: 8 Maret 2021   13:09 1175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Tirto.ID

Meninggalnya teman, kerabat, atau siapapun yang kita kenal tentu menjadi kabar duka tersendiri. Sudah selayaknya kita ikut berkabung, dan mengantarkannya ke pemakaman, karena hanya dengan begitu kita dapat melakukan penghormatan yang terakhir kepada seseorang yang telah meninggal tadi. Kegiatan itu biasa disebut dengan  melayat.

Melayat sudah menjadi tradisi di Indonesia, dapat kita saksikan setiap ada orang yang meninggal, sebelum dikuburkan ke liang lahat, mereka menggelar acara di rumah duka, dihadiri oleh para tetangga, teman, kerabat, dan keluarga almarhum untuk sekadar mengabarkan bahwa seseorang tersebut telah pergi untuk selamanya, memintakan maaf kepada siapapun yang almarhum kenal, seraya memanjatkan doa untuk kepergiannya. Dan ditutup dengan iring-iringan menuju ke pemakaman.

Jika menghadiri acara pernikahan kita harus ikut bersuka cita, lantas untuk datang melayat apakah kita harus berduka lara? Iya, itu tentu, tapi tidak semata-mata kita menunjukkan kesedihan, ada batas-batasnya, dan pada artikel ini, akan dibahas beberapa etika untuk melayat, karena seringkali terjadi salah tingkah yang justru dapat menyinggung keluraga yang ditinggalkan. Berikut saya sampaikan menurut pengalaman saya yang sudah sering datang melayat, dan beberapa kali berposisi sebagai keluarga almarhum:

  1. Penampilan
    Ketika anda hendak pergi melayat, pastikan anda mengenakan pakaian yang sopan dan rapi, tidak perlu terlalu mencolok atau pakai aksesoris yang berlebihan seperti hendak ke pesta, anda tidak untuk menjadi pusat perhatian disini, tetapi untuk melakukan penghormatan terakhir, untuk menunjukan rasa kepedulian anda.
  2. Sikap
    Sudah pasti anda harus menyambangi keluarga almarhum, mulai dari urutan yang terdekat, orang tua, suami/istri, dan anak. Cukup berjabat tangan dan ucapkan turut berbelasungkawa, atau jika perlu peluklah keluarga yang diringgalkan, menurut saya tidak perlu mengucapkan agar sabar atau ikhlas, karena hal itu tidak tepat diucapkan pada waktu hari-H, keluarga tentu masih menekan dalam-dalam perasaannya agar terlihat sabar dan ikhlas. Jangan sibuk sendiri dengan gadged, ikuti prosesi pemakaman dengan tenang.

Selebihnya anda bersikap seperti biasa, tidak terlalu menunjukan kesedihan, apalagi kegembiraan. Jika anda ingin menghibur, jangan melontarkan lelucon, atau ngomongin bisnis, cukup basa-basi biasa saja, seperi bercerita bagaimana tadi perjalanan kesini, atau menanyai kabar keluarganya yang lain. Jangan mencoba melontarkan pertanyaan kepada keluarga almarhum mengenai sebab meninggalnya, bagaimana kondisinya, ataupun hal lain yang berkaitan dengan almarhum, kecuali keluarganya sendiri yang memulai untuk membuka obrolan tersebut.

Hal itu dilakukan agar tidak menyinggung perasaan keluarga yang ditinggalkan, kita tidak tahu latar belakangnya seperti apa, perjuangan dan perasaan yang selama ini ia rasakan bagaimana.

Lalu bagaimana setelah itu?

Tunggu waktu yang tepat, biasanya seminggu sampai sebulan keluarga yang ditinggalkan sudah mulai bisa mengikhlaskan, sudah mulai berkatifitas seperti biasa, dan anda dapat melakukan hal yang biasa anda lakukan kepada keluarga almarhum, silahkan bercanda ria, anggap tidak ada yang terjadi. Jika anda belum menemukan jawaban yang mungkin berkaitan dengan almarhum, anda boleh menanyakannya, tentu dengan batas kewajaran.

Sebisa mungkin susun pertanyaan anda agar tidak menyinggung, jangan anda bertanya "kenapa dulu tidak dibawa ke rumah sakit A saja? Padahal disana bisa blablabla", pertanyaan tersebut dapat menyinggung keluarga almarhum, seolah-olah anda menyudutkannya, dan membuatnya merasa bersalah karena tidak membawa untuk berobat kesana. Mungkin pertanyaan tersebut bisa anda ganti dengan "dulu sudah pernah mencoba ke rumah sakit A belum?", akan terkesan lebih sopan, dan dapat diikuti dengan informasi tambahan bahwa rumah sakit A lebih baik.

Mungkin banyak ucapan yang akan anda lontarkan untuk dipikir dua kali, susunlah kalimat yang sekiranya tidak menyinggung perasaan. Mungkin cukup sekian artikel tentang etika untuk melayat, semoga bermanfaat, sayangi orang-orang disekitar anda, karena penyesalan datang diakhir, anda akan merasa kehilangan ketika orang tersebut telah pergi untuk selamanya. Salam sehat, salam semangat!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun