MENGERTI AGAMA, NAMUN TIDAK MENGERTI TUHAN..
Allah SWT berfirman:Â
"Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan 'Isa, yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah-belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya)."
(QS. Asy-Syura 42: Ayat 13)
Agama diturunkan oleh TUHAN Â melalui para Nabi Allah, dengan tujuan agar manusia mengerti akan kehendak TUHAN terhadap manusia, beserta seluruh isi alam jagad raya ini ...
Agama bukan TUHAN, namun melalui Agama manusia dapat mengerti TUHAN, Â jadi Agama jangan diper-TUHAN-kan oleh manusia, karena akan menjadi tidak mengerti TUHAN yang sesungguhnya ...
Manusia dengan ritual ibadah keagamaan dapat mengerti TUHAN jika ibadah tersebut mendapatkan HAKEKATNYA, Â atau KENYATAANNYA...
Ilmu Agama dan TUHAN harus satu kesatuan tidak dapat dipisahkan, namun bila dipisahkan Ilmu Agama menjadi Ilmu Akal Pikir belaka, karena Ilmu Agama hanya ALAT untuk mengantarkan Umatnya kepada TUHAN, jadi agar bisa hidup bersama TUHAN, Umat Manusia melalui Ilmu Agama (sebagai alatnya) terlebih dahulu harus mengerti diri pribadinya lalu dengan demikian akan mengerti pula  TUHAN YANG MAHA ESA.
HAKEKATNYA Agama dapat dirasakan secara nyata dan langsung, karena Kitab Suci dan Hadits-hadits nya bukan hanya untuk dipelajari,  dihafalkan lalu  ditiru pengamalanya saja, akan tetapi harus sampai dirasakan  KENYATAANNYA ...
Lain halnya dengan disiplin ilmu pengetahuan umum, yang cukup dimengerti oleh Akal Pikir, semisal ilmu Matematika atau fisika sebanyak apapun juga rumus dan formulanya, asalkan sudah mengerti secara Akal Pikir, Â maka sudah dikatakan pandai dalam bidangnya, Â begitu pula dengan disiplin ilmu yang lainya, yang sifatnya cukup dengan menggunakan pengertian Akal Pikirnya saja...
Tidak demikian dengan pelajaran berkesenian, kebudayaan, tidak cukup hanya menggunakan Akal Pikir saja, namun keterlibatan Hati rasa perasaan  untuk melahirkan suatu emosi, sangat mempengaruhi hasil akhir dari karya atau pembelajaranya.