Mohon tunggu...
abdul jamil
abdul jamil Mohon Tunggu... Mahasiswa - selalu belajar

Tukang Ketik

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ibu-ku Kartini-ku

25 April 2022   00:36 Diperbarui: 25 April 2022   01:45 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 21 April 2022 adalah hari diperingatinya Hari Kartini. Kantor atau lembaga layanan publik biasanya menginstruksikan untuk pegawai atau karyawan wanitanya untuk  memakai kebaya, sebagai wujud memperingati hari Kartini, begitu juga pada instansi atau lembaga pemerintah seperti Perguruan tinggi dibawah naungan PTKIN.

Dan perkenankan saya, bercerita tentang sosok wanita yang selalu saya anggap sebagai "Kartini"nya saya, yaitu ibu yang telah melahirkan, mendidik dan membesarkan saya.

Saya adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Keluarga saya merupakan sebuah keluarga sederhana. Bapak seorang petani atau buruh perkebunan sawit hingga saat ini, sementara Ibu merupakan seorang ibu rumah tangga. Dan sudah barang tentu kondisi ini menggambarkan betapa hidup kami teramat sederhana, namun Kami hidup bahagia dengan keterbatasan yang ada.

Bapak saya jarang mengutarakan maksud atau mimpinya kepada kami, tentang masa depan kami, biasanya jika ada keinginan akan disampaikan langsung ke ibu. Dan ibu akan meneruskannya kepada kami, begitu juga ketika kami berargumen untuk hal-hal yang diinginkan bapak, akan kami sampaikan ke ibu untuk diteruskan kepada bapak.

Ayab dan Ibu memiliki mimpi besar dalam dunia pendidikan. Cita-cita besar beliau adalah semua anaknya bisa mengenyam pendidikan tinggi. Cita-cita ini sangat besar dan membutuhkan perjuangan besar pula untuk mewujudkannya. Bisa dibayangkan beratnya perjuangan menyekolahkan anak dengan posisi Bapak sebagai buruh tani, yang dalam usaha selalu dalam posisi tidak diuntungkan, bahkan saat tanaman atau hasil panen dalam kondisi harga mahalpun posisi bapak tidak dalam posisi beruntung, karena harga komoditas dikendalikakn tengkulak, terlebih jika modal tanam dapat pinjaman dari tengkulak.

Meskipun keuangan terbatas, Bapak tetap berusaha keras menyekolahkan anak-anaknya. Gali lubang tutup lubang menjadi hal yang sulit untuk dihindari. Usaha-usaha kreatif untuk memenuhi kebutuhan juga terus dilakukan. Tujuan utamanya adalah agar sekolah anak-anaknya tetap bisa berlangsung. Bahkan sampai kaka saya rela untuk membantu bapak dan ibu bekerja, dan melepaskan mimpin untuk sekolah sebagaimana teman seangkatannya. Beliau rela tidak sekolah dan jadi buruh tani agar saya dan adik bisa tetap melanjutkan sekolah.

Perjuangan besar Bapak ditopang oleh ketabahan dan kegigihan Ibu dalam membantu ekonomi sangat berperan sekali. Sebagai petani maka terkadang posisi wanita dan pria sama, yaitu pergi ke ladang dari pagi hingga sore, dan untuk wanitanya tetap berperan sebagai ibu rumah tangga, yaitu masak, nyuci dan kegiatan rumah tangga lainnya. Disinilah peran ganda yang dilakukan ibu saya sehingga rasa letih, capek tentu salalu akrab dengan ibu.

Ibu sendiri tidak mengenyam pendidikan formal tinggi. Beliau hanya sempat menamatkan SR (Sekolah Rakyat) yang entah tamat atau tidaknya saya tidak tau, tapi disela-sela sekolah SR setau saya dari cerita ibu, beliau juga mengenyam pendidikan di Pesantren.

Setelah mondok, beliau menikah dalam usia muda dengan Bapak. Beberapa tahun kemudian satu demi satu kaka, saya dan adik saya lahir. Terakhir lahir adik bungsu saya, bernama Kholisatun nikmah, yanh lahir di kalimantan selatan, karena keterbatasan ekonomi kami akhirnya ikut program transmigrasi ke kalimantan.

Soal pendidikan, Meskipun tidak mengenyam pendidikan secara memadai, Ibu adalah pendidik dalam makna yang sesungguhnya. Beliau selalu mengingatkan kami anak-anaknya untuk selalu belajar. Tentu beliau tidak menemani kami belajar. Kami dilatih mandiri dalam keterbatasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun