Mohon tunggu...
abdul jamil
abdul jamil Mohon Tunggu... Mahasiswa - selalu belajar

Tukang Ketik

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Mudiklah, Dengan Tetap Sehat (Mengelola Budaya Resiko)

17 April 2022   09:01 Diperbarui: 17 April 2022   09:04 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri bukber alumni MPI angkatan 2015

Terdapat tiga jenis kejadian, yang selalu dihadapi oleh manusia, yaitu: kepastian, kemustahilan dan kemungkinan. Bahwa orang setelah makan akan merasa kenyang, setelah minum akan hilang rasa haus, adalah sebuah kepastian. begitu juga kemustahilan dapat dicontohkan bahwa matahari mustahil terbit dari barat.

Pada dua jenis kejadian ini, akan diketahui bahwa kepastian dan kemustahilan dapat diketahui sekalipun belum diperbuat, dari perbuatan makan dan minum, atau matahari yang akan terbit, sedangkan untuk satu jenisnya lagi yaitu kemungkinan adalah kejadian perbuatan yang meberikan hasil berupa dua hal, yaitu perbuatan yang memungkinkan untuk berhasil atau sebaliknya perbuatan itu tidak memberikan hasil/tidak berhasil.

Contoh seorang yang memiliki hobi mancing, akan dihadapkan pada dua kejadian kemungkinan, yaitu: kemungkinan bisa mendapatkan ikan atau tidak mendapatkan ikan. Misalkan untuk mendapatkan ikan Tauman (sebuah ikan yang agresif dan cendrung canibal) maka umpan yang tepat adalah potongan daging ayam. begitu umpan di lontarkan ke sungai atau rawa mungkinkah pasti dapat? jawabannya adalah belum tentu, sebab boleh jadi lokasi mancing itu sudah pernah di setrum orang atau boleh jadi dapat ikan banyak, sebab umpan yang dipakai sudah sesuai dengan karakter ikannya yang canibal.

Ketidakpastian yang terjadi di dunia ini membuat manusia terus berusaha mengenali dan beradaptasi dengan keadaan tersebut. Setiap masalah yang timbul saat ini seringkali berhubungan dengan kekeliruan dalam pengambilan keputusan terkait ketidakpastian dimasa lalu. Hal ini lumrah terjadi mengingat kita tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan terjadi dimasa mendatang.

Hal tersebut bisa disebabkan karena kondisi saat pelaksanaan tidak sama dengan apa yang diprediksikan sebelumnya. Saat ketidaksesuaian itu terjadi, kemungkinan kita akan mengalami risiko kerugian, baik yang bersifat material maupun non material. Oleh karena itu, faktor ketidakpastian perlu dipertimbangkan dalam memprediksi risiko yang terjadi, sehingga dapat diantisipasi dengan mitigasi yang tepat, yaitu sebuah upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko atau dampak yang diakibatkannya.

Risiko merupakan dampak dari ketidakpastian dalam mencapai suatu tujuan. Salah satu kunci utama dalam menghadapi risiko adalah menanamkan budaya risiko dalam setiap diri manusia. Budaya risiko merupakan sistem nilai, keyakinan, pemahaman dan perilaku manusia dalam bentuk pengambilan keputusan terkait dengan risiko. Konteks mengenai budaya risiko ini pun luas, tidak hanya sebatas pada risiko kerugian materi, melainkan juga risiko keselamatan, kesehatan, reputasi, kinerja, dan lain sebagainya.

Lalu, apa yang terjadi jika kita apatis terhadap budaya risiko, ambil contoh pada virus covid-19. jika dikaitkan dengan abainya kita pada Covid-19, yang hingga saat ini masih belum berakhir? Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat dilihat melalui beberapa peristiwa, sebagai berikut:

Adanya kabar bahwa terjadi beberapa ulama atau orang-orang alim, yang meninggal akibat pandemi Covid-19. Di Indonesia, kesadaran masyarakat di beberapa daerah dalam menerapkan protokol kesehatan masih sangat rendah. Salah satunya di daerah Depok, Jawa Barat. Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (GTPPC) Kota Depok, per 31 Desember 2020, angka positif telah mencapai 17.294, sembuh 13.517, dan kematian telah mencapai 419 orang. Penyebaran virus Corona (Covid-19) masih berlangsung cukup tinggi di Kota Depok, bahkan cenderung tak terkendali. Penyebabnya karena sebagian besar warga Kota Depok abai protokol kesehatan (Prokes).

Fakta ini sangat memprihatinkan, mengingat ancaman bahaya dari sikap apatis warga terhadap protokol kesehatan adalah nyawanya sendiri. Padahal, berita dan informasi mengenai dampak Covid-19 sudah sangat meluas dan rasanya tidak mungkin apabila warga tidak mengetahui bahayanya. Namun begitu, mereka tetap mengabaikan risiko yang terlihat jelas di sekitar kita. Alhasil, nyawa yang menjadi taruhannya.

Jika budaya apatis risiko ini masih terus berlanjut, maka tak heran jika setiap harinya terjadi penambahan kasus Covid-19 dengan jumlah yang cukup signifikan. Virus Covid-19 memang sangat mudah menular, tak terkecuali bagi mereka yang sudah menjaga dengan baik kebersihan dan ketat protokol kesehatan. Namun, bagaimana pun tetap dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk bersama-sama menerapkan protokol kesehatan sebagai tindakan preventif terhadap peningkatan jumlah kasus Covid-19. disinilah letak pentingnya masyarakat dalam mengelola budaya resiko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun