Pemilihan presiden 2019 masih membekas, polarisasi secara masif menyebabkan terjadinya perselisihan-perselisihan kecil di tubuh masyarakat. Saling ejek, saling caci, bahkan tak jarang adu jotos terjadi.
Rangkaian peristiwa tersebut terjadi bukan tanpa sebab. Dalam konteks ini, gue ingin mencoba membongkar sebab musabab dari rangkaian peristiwa tersebut.
Presidential Threshold
Bermula dari sinilah semua itu terjadi, Â presidential threshold. Dampak dari hal tersebut, seluruh partai politik dipaksa untuk berkoalisi. Konsekwensinya, rakyat hanya disodorkan dua pasangan calon presiden.
Pembelahan di masyarakat tak dapat dielakan. Polarisasi besar-besaran terjadi begitu masif antar pendukung. Padahal, elit diatas mungkin tak peduli terhadap akar rumput dibawah yang berkonflik panas.
Sebagian orang dapat mengelak. Ya, gue setuju. Tidak semua masyarakat berselisih akibat copras-capres. Tapi tak dapat ditampik, perselisihan karena copras-capres yang terjadi disebabkan oleh presidential threshold yang menghasilkan dua calon.
Kasus Ahmad Dhani
Puncaknya adalah kasus Ahmad Dhani. Statusnya kini sudah menjadi tersangka lantaran cuitannya di twitter. Dia dilaporkan oleh Jack Boyd Lapian yang merupakan pendukung paslon 01. Dari akun twitter Jack Boyd Lapian, jelas terlihat bahwa afiliasi politiknya mengalir pada paslon 01. Begitu juga Ahmad Dhani yang militan sebagai pendukung paslon 02.
Udang-undang ITE adalah senjata pamungkas bagi pelaporan akibat copras-capres ini. Pasal ini memang sedikit berbau-bau karet. Karena dapat disalahgunakan sewenang-wenang. Dan yang paling dikhawatirkan, dapat membelenggu kebebasan berpendapat yang tertuang dalam konstitusi.
Kasus Erin Taulany