Mohon tunggu...
Aziz Baskoro Abas
Aziz Baskoro Abas Mohon Tunggu... Freelancer - Tukang Nulis

Doyan Nulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dewasa, Tapi Masih Kaya Anak Kecil.

19 Oktober 2017   12:21 Diperbarui: 1 November 2018   20:27 2768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini cuma pendapat yang gue ambil berdasarkan pengalaman. Bukan berdasarkan riset, penelitian atau apalah yang berbau bau ilmiah.

Selama gue bergaul, ada kata-kata yang sering banget keluar dari mulut orang yang bisa dikategorikan dewasa secara usia, namun secara pemikirian bisa dibiliang masih anak kecil.

Dont judge the book by the cover

Kata ini atau kata-kata yang lain namun sejenis. Bermakna menghimbau orang agar tidak melihat "dia" hanya dari luar.

Seyogianya kata ini sangat bagus dalam konteks melihat seseorang. Karena secara tersirat, kata ini menganjurkan kita untuk berprasangka baik terhadap seseorang. Namun akan menjadi berbeda jika kata ini digunakan pada konteks untuk "membela diri".

Kita ambil contoh, misalnya ada cewek yang sering memposting aktifitas dugem dan mabok di media sosialnya, lalu publik atau teman-teman di media sosialnya beranggapan bahwa si cewek "anak malem, suka dugem, cewek gak bener, mabok mulu". 

Ketika muncul anggapan itu, tiba tiba si cewek bilang "friends, dont judge the book by the cover". Nah dalam konteks membela diri seperti inilah yang gue kategorikan agak keliru. Karena kita tidak bisa menyalahkan publik ketika muncul anggapan kita suka mabok. Padahal, cewek itu sendiri yang mempublikasi kegiatan maboknya di media sosial.

Kita juga tidak bisa menuntut publik untuk tahu lebih dalam tentang siapa kita sebenarnya. Dan kita tidak bisa menuntut publik untuk berprasangka baik terhadap diri kita. Itulah mengapa muncul pengetahuan tentang hablumminannas disamping ada hablumminallah.

Tenang, biar Allah yg bales. Karma berlaku

Sebenarnya kata ini atau kata yang lain dengan maksud yang sama, itu sangat bagus. Karena secara tersirat, kita percaya terhadap Allah dan ketentuanya. Kita juga diajarkan tidak menjadi pendendam. Tapi, akan menjadi berbeda jika kata ini digunakan pada konteks ketika kita dizolimi oleh orang lain.

Misalnya, ada cewek mencintai seorang cowok. Lalu, si cowok tersebut selingkuh. Kemudian, si cewek yang merasa sakit hati atau merasa dizolimi oleh si cowok, tiba tiba mengucap "biar karma yg bales". Ketika kita terjepit pada kasus yg seperti ini, sangat wajar bila kita berkata seperti itu. Tapi pertanyaanya, pernahkah terbesit di fikiran kita bahwa ketika kita "merasa" dizolimi, itu merupakan karma atau balasan dari kelakuan yang dulu kita pernah tanam? Renungkan...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun