Mohon tunggu...
Abdulah
Abdulah Mohon Tunggu... Administrasi - sedang belajar

Bisa disurati di abdulah0903@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kerokan, Bersakit-sakit Dahulu, Enakan Kemudian

25 November 2017   03:23 Diperbarui: 25 November 2017   03:31 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar ; https://www.instagram.com/sobat_hangat/

Saya lupa kapan tepatnya mengenal istilah kerokan dan mengalami bagaimana rasanya kerokan. Yang jelas, seingat saya, orang yang pertama kali mempraktekan metode pengobatan yang 'katanya' tradisional itu kepada saya adalah Ibu.

Dahulu, beliau mengeroki saya sewaktu mengalami penyakit ringan yang sering dialami banyak orang : masuk angin. Saat itu umur baru menginjak sekitar sepuluh tahun. Bagi kebanyakan anak-anak lainnya, umur yang baru menginjak sepuluh tahunan dan kesenangan bermain lepas sampai rela berhujan-hujanan adalah hal yang menyenangkan sekaligus mengasyikan.

 Entah itu bermain bola, kejar-kejaran ataupun memang sengaja berhujan-hujanan ria bersama teman sepermainan. Namun, sesampainya di rumah, ada hal yang dirasakan setelah asyik berhujan-hujanan. Kepala merasakan sedikit pening dan badan menjadi meriang. Ya, masuk angin adalah hal yang seolah lumrah ditemui setelah badan diguyur air hujan.

Ibu saya yang memang tidak terlalu percaya dengan penyembuhan obat-obatan, langsung menyuruh untuk kerokan. Saya yang memang takut untuk dikeroki awalnya menolak. Ibu saya biasanya menggunakan uang logam lama atau benggoluntuk kerokan.

Pinggiran uang logam yang digosok-gosokan ke badan adalah sesuatu yang mengerikan, walaupun sudah dibaluri dengan lotion ataupun balsam. Waktu itu, bagi saya, kerokan adalah sesuatu yang terlihat menyakitkan.

Namun, bujukan ibu yang meyakinkan saya agar mau dikeroki akhirnya tak bisa ditolak. Beliau meyakinkan,  setelah kerokan badan akan mendingan. Akhirnya saya pun nurut juga.

Koin dan balsem yang memang sudah dipersiapkan pun akhirnya mendarat dipunggung. Rasanya sedikit sakit bercampur geli, karena memang belum terbiasa.

Titik demi titik punggung saya di gosok oleh ibu menggunakan koin berlumurkan balsem, sampai ke bagian tengmgkuk. Sesekali saya mengernyitkn dahi dan berteriak saat koin mengenai bagian punggung yang mungkin kurang pas, tapi setelah agak lama, akhirnya terbiasa dan terlihat lancar saja.

Setelah kerokan, saya disuruh untuk tidur. Dan, pada pagi harinya saat bangun, badan memang lebih segar dan merasa enakan.

Di masa sekarang, mungkin hanya sedikit orang saja yang masih mempercayai kerokan. Banyak orang lebih memilih pergi ke dokter ataupun apotek terdekat demi mendapatkan obat-obatan yang dianggap dapat cepat menyembuhkan. Namun, saya memiliki beberapa teman yang masih mempercayai khasiat kerokan. 

Dan, setiap mereka merasakan badannya sedikit tidak enak ataupun meriang, mereka meminta seorang teman untuk mengerokinya. Saya pun pernah dimintai sesekali untuk membantunya kerokan. Dan, yang dirasakan teman saya memang jauh lebih enak setelah kerokan, katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun