Mohon tunggu...
Abdul Rojak
Abdul Rojak Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah hiburan, menulis adalah pelepasan ide dan gagasan

ABDUL ROJAK, tinggal di Depok, Jawa Barat, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pencerahan Sejarah, Tahu Sejarah atau Sadar Sejarah ?

28 September 2010   02:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:54 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Suatu hari seorang siswa melompat pagar sekolah untuk menghindari razia yang akan diadakan oleh wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan. Namun karena pagar sekolah bersebelahan dengan jalan raya, hanya bermodalkan nekat dan ketakutan akan razia yang membuat dia akan dihukum lebih berat karena di dalam tasnya terdapat narkoba, lompatlah siswa tersebut dan secara serta merta sebuah truk angkut barang berat, melintas dan menghantam tubuhnya hingga terpental, remuk dan seketika tubuhnya tak bergerak, tewas. Sebuah pengetahuan akan hanya akan menjadi pengetahuan bila tidak dipraktekkan. Dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), pengetahuan memiliki kecenderungan untuk bisa dipercaya bila sudah diaplikasikan dalam laboratorium atau dikehidupan nyata. Namun dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagian besar pengetahuan bergulat dalam tataran ideologis dan idealisme, sehingga implementasi sebuah gagasan memiliki kecenderungan mengawang- awang. Dan kalaupun dipraktekkan, tergantung pada manusia sebagai pelaku sejarah. Contohnya, tentang Toleransi dan Kesetaraan Gender. Mungkin semua orang tahu, paham dan mengerti, tapi berapa banyak sih orang yang mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari?. Begitupun dengan pengetahuan sejarah, Tahu Sejarah dan Sadar sejarah (Pencerahan Sejarah) adalah dua hal yang berbeda. Orang bisa banyak tahu tentang sejarah, peristiwa dan maknanya, tapi untuk bisa mencapai Pencerahan Sejarah tidak semua orang dapat menggapainya. Dalam hubungannya dengan pengajaran, Sartono Kartodirjo mengatakan bahwa sejarah mempunyai kegunaan genetis dan didaktis. Dengan pengetahuan sejarah dimaksudkan agar generasi berikut dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari pengalaman nenek moyang. Di samping itu suri tauladan mereka dapat menjadi model bagi keturunannya. Selanjutnya Nugroho Notosusanto mengungkapkan bahwa dengan mempelajari sejarah akan memiliki wawasan sejarah. Dengan wawasan sejarah dapat mengkonsepkan proses sejarah yang berguna untuk mengantisipasi masa depan. Namun bagaimana sejarah bisa berfungsi secara maksimal dalam diri seseorang atau pun sebuah bangsa, bila sejarah hanya dipahami sebagai "Tahu" bukan sebagai "Pencerahan". Karena kecenderungan kita, -termasuk penulis didalamnya, memahami sejarah, "hanya sekedar tahu, setelah itu berlalu". Kalau kita mau benar-benar memfungsikan sejarah sebagai pengetahuan yang informative sekaligus aplikatif maka kita harus melihat sejarah dalam kaca mata pencerahan, karena pencerahan sejarah membawa kita pada satu titik, ketika "tahu" apa yang harus kita lakukan?. Setelah kita "tahu" maka yang terbaik adalah memahami pola sejarah. Dengan alur sejarah yang ajeg dan bersifat sunatullah, hukum sebab-akibat, kalau diaplikasikan secara maksimal maka akan sangat menguntungkan bagi kita. Sejarah yang berakhir jelek, baik pada subjek maupun alurnya, jangan ditiru lagi dengan semua polanya, tapi sejarah yang ber-"ending" baik, yuk kita ikuti dengan sukacita, agar keberhasilan selalu dapat kita ulang dan ulang terus. Kembali pada cerita diawal, berita menyebar ke seluruh warga sekolah, menggemparkan dan memberikan suatu hikmah dan pelajaran. Cabut dari sekolah, apalagi dengan alasan yang tidak jelas, pasti bisa berakhir dengan tragis dan naas. Sekolah tersebut yang terkenal dengan rating yang cukup tinggi dari masalah cabut dan membolos, setelah kejadian itu makin berkurang dan setiap siswa mulai sadar diri. Siswa tahu bahwa membolos dan cabut sekolah itu jelek dan perbuatan yang salah, namun mengapa mereka selalu mengulangi. Jawabannya adalah, karena mereka merasakan kenikmatan saat cabut dan membolos. Namun setelah kejadian luar biasa, salah satu kawannya tewas akibat cabut, maka banyak siswa mulai berpikir ulang untuk cabut dan membolos. Dan bagi pihak sekolah pun akhirnya mulai belajar, bagaimana memperbaiki sistem yang lebih ketat dan lebih baik agar tingkat membolos siswa dan cabut dari sekolah jadi berkurang. PERISTIWA LUAR BIASA ITU TELAH MEMBERIKAN KESADARAN SEJARAH.

Keterangan :

Artikel ini tercetus saat penulis sedang mengajar membahas materi kelas X, tentang Kegunaan Belajar Sejarah. Semoga bermanfaat.

* Penulis adalah Guru Sejarah SMA Avicenna Cinere. Lahir di Gandul, 9 Juni 1978 Bertempat tinggal di Jl.Pelita No. 108 Rt. 02/03 Limo, Depok. No. HP. 08568983145. Beliau merupakan Sarjana S 1 Pendidikan Sejarah dari UNJ (Universitas Negeri Jakarta), Rawamangun, Jakarta Timur, lulus tahun 2002 dan bergabung dengan SMA Avicenna Cinere tahun 2004. Moto Hidupnya, "Sekali Berarti Sudah Itu Mati".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun