Mohon tunggu...
Abdul Ghofur
Abdul Ghofur Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penelusur jalan kehidupan, masih mencari makna dan hakikat hidup yang sejati.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Isu Agama dan Etnis, Primitif tapi Sering Digunakan

17 Desember 2017   11:20 Diperbarui: 17 Desember 2017   11:34 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelantikan Pengurus dan Diskusi Publik. (dok.pri)

Ratusan peserta memadati Ballroom Utama Hotel Pramesthi Kartasura pada hari Sabtu (16/12). Pasalnya di tempat tersebut dilaksanakan gelaran akbar Pelantikan Pengurus PC PMII Kabupaten Sukoharjo dan Diskusi Publik bertema Peran Pemuda dalam Mengawal Pesta Demokrasi dengan Semangat Bertoleransi.

Adalah Thoha Ulil Albab didapuk sebagai mandataris PMII Kabupaten Sukoharjo periode tahun 2017-2018. Albab beserta jajarannya dilantik oleh Ahmad Riyadi, selaku perwakilan Ketua Umum PB PMII yang berhalangan hadir. Prosesi ucap janji dan pelantikan berlangsung dengan penuh khidmat dan disambut tepuk riuh para hadirin.

Adapun kegiatan pelantikan dilanjutkan dengan diskusi publik dengan menghadirkan Endra Gunawan Wibisana, Anggota DPRD Kabupaten Sukoharjo dari Fraksi PDIP dan Khomsun Nur Arief, Ketua PCNU Kabupaten Sukoharjo. Endra mengawali pembahasan dengan menyatakan bahwa demokrasi Indonesia telah mengalami kemunduran, perdebatan demokrasi seharusnya berkutat pada sila kelima Pancasila tentang keadilan sosial, bukan kembali lagi kepada sila kesatu, seperti suara riuh tentang pencalonan Gubernur Jakarta Ahok pada beberapa waktu lalu.

Endra menambahkan bahwa berkenaan batas toleransi semua sudah selesai 1 Juni yang merupakan konsensus bersama yang kemudian disepakati sebagai hari lahirnya Pancasila. "Berkenaan batas toleransi, semua sudah final dan selesai di 1 Juni", tegasnya. Oleh karena itu Endra mengusulkan agar dibentuk semacam front pemuda di Sukoharjo, sehingga pemuda Sukoharjo tidak terkotak-kotak dan terjadi gap dari berbagai elemen organisasi yang ada. "Melalui front bersama tersebut, sebagai perpanjangan tangan pemuda untuk ikut bersama bersinergi dengan pemerintah membangun Sukoharjo", pungkasnya.

Narasumber kedua, Khomsun Nur Arief memaparkan pentingnya aktualisasi kembali semboyan negara bhinneka tunggal ika, bahwa bangsa ini memang tumbuh dan berkembang di atas perbedaan-perbedaan. Berbeda dari segi letak geografis, agama, suku, budaya, pakaian, pola pikir, warna kulit, dan lainnya. Bahwa tentang adanya keniscayaan pluralisme itu sudah selesai sejak zaman empu, para wali, dan generasi lain setelahnya. "Apalagi berkenaan isu etnis dan agama, isu primitif yang masih sering digunakan hingga era modern saat ini", terang Khomsun. Apabila ditanya di manakah letak keris Ken Arok yang digunakan untuk membunuh Tunggul Ametung, maka jawabannya adalah keris itu telah menjelma menjadi isu agama dan etnis tersebut.

 Khomsun melanjutkan bahwa berkenaan implementasi toleransi dan wacana kebangsaan di Sukoharjo juga sudah selesai, NU melalui platform islam rahmatan lil alamin-nya telah menumbuhkan dan menginternalisasikan nilai toleransi dalam setiap sendi kehidupan masyarakat. Khomsun juga menyayangkan tentang media mainstrem yang terlalu masuk dan mencampuri urusan politik masyarakat, sehingga rawan menimbulkan pecah belah dan intoleransi. "Para pemuda kembalilah ke masyarakat, berdialoglah dengan masyarakat, kembalilah ke basis masyarakat dan bawalah wajah Islam yang damai," pungkas Khomsun.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun