Mohon tunggu...
Abdul Mutolib
Abdul Mutolib Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pegiat literasi

Penulis buku teks pembelajaran di beberapa penerbit, pegiat literasi di komunitas KALIMAT

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Skill Kepemimpinan, Seberapa Penting Sih?

24 Oktober 2020   05:28 Diperbarui: 16 Desember 2020   09:08 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saya mah  tidak perlu berlatih kepemimpinan. Saya tidak mau jadi pejabat atau pemimipin. Saya hanya ingin jadi pedagang yang sukses atau karyawan yang baik". 

Dari pernyataan di atas muncul dua  pertanyaan penting terkait kepemimpinan; Apakah hanya sebagian orang yang bisa jadi pemimpin? Lalu, apakah hanya orang yang ingin jadi peminpin yang harus mempelajari kepemimpinan? 

Terkait pertanyaan pertama kita sering mendengar ungkapan " setiap kita adalah pemimpin". Ungkapan tersebut tampaknya berasal dari hadis Nabi saw yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari  yang menjelaskan bahwa setiap orang akan jadi pemimpin, baik sebagai kepala rumah tangga, ibu rumah tangga, pembantu, hingga sebagai pemimpin umat. 

Maksud pemimpin di sini bahwa setiap manusia secara takdir kauni memiliki tanggung jawab tertentu dalam kehidupannya yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Tapi kalau yang dimaksud dengan pemimpin adalah individu yang memiliki bawahan atau jabatan tertentu, tentu tidak semua orang menjadi pemimpin. Jika tidak setiap orang  jadi pemimpin, lalu pertanyaan kedua, apakah kepemimpinan hanya perlu dimiliki oleh orang yang jadi penimpin? 

Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu memahami terlebih dahulu pengertian kepemimpinan. Kepemimpinan yang dalam bahasa Inggrisnya leadership umumnya diartikan sebagai kemampuan atau teknik untuk mempengaruhi orang-orang yang berada di sekitar kita, agar dapat bekerjasama demi mencapai tujuan, target atau keinginan yang akan diharapkan. 

Kepemimpinan bukan soal jabatan atau posisi tapi soal tindakan. Seorang anak buah bisa jadi lebih memiliki sifat kepemimpinan (leadership) daripada atasannya.

Di dunia perkantoran seorang pemimpin bisa jadi mengalami kesulitan mengkoordinasikan para karyawan lalu muncul dalam forum rapat seorang karyawan yang pendapatnya diikuti oleh rekan-rekannya yang dengan itu masalah yang dihadapi oleh pimpinannya teratasi. 

Sementara itu manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin dalam hidupnya tidak memerlukan peran keterlibatan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Apalagi orang yang mendambakan kesuksesan dalam bidang tertentu.

Dalam berbagai bidang kehidupan manusia memerlukan kerjasama atau kolaborasi dengan orang lain. Untuk memuluskan hal itu diperlukan kemampuan mempengaruhi orang lain dengan ide dan gagasan meskipun bukan dalam hubungan atasan dan bawahan. 

Menurut World Economic Forum, ada 10 keterampilan yang dibutuhkan seseorang di era industri 4.0 ini. Kesepuluh keterampilan tersebut  yakni pemecahan masalah yang kompleks, berpikir kritis, kreativitas, manajemen orang, dan koordinasi dengan orang lain.

Kemudian, ada juga kecerdasan emosional, penilaian dan keputusan, orientasi pada layanan, negosiasi, dan fleksibilitas kognitif. Dari sepuluh keterampilan tersebut, rata-rata terkait kepemimpinan. 

Kadang kita mengira bahwa kepemimpinan pada diri seseorang  muncul sebagai bakat alami. Padahal sebenarnya skill kepemimpinan lebih banyak diperoleh oleh seseorang melalui latihan terus menerus. Hal yang paling utama dilakukan untuk melatih jiwa dan keterampilan memimpin adalah melibatkan diri dalam kegiatan atau kerja kolektif dan belajar mengemban suatu tanggung jawab. 

Secara spesifik ada beberapa kebiasaan yang seyogyanya kita lakukan untuk melatih skill kepemimpinan, antara lain; 

1. Biasakan mendengar dan menghargai pendapat orang lain. 

Di antara keterampilan yang penting dalam kepemimpinan adalah kemampuan mendengar dan menghargai pendapat orang lain, meskipun pendapat itu bertolak belakang dengan yang kita yakini. 

2. Biasakan untuk memiliki kesadaran situasional. 

Kesadaran situasional (situational awareness) adalah suatu kesadaran untuk bisa memahami dan peka terhadap keadaan yang ada di sekitar kita. Menurut Endsley kesadaran situasional sangat penting di dalam konteks pengambilan keputusan. Tiga kebiasaan situational awareness adalah mengamati, memahani secara utuh, dan memperkirakan kemungkinan apa yang akan terjadi. 

3. Biasakan menjadi inspirasi bagi orang lain.

Berlatih memberi motivasi dan dukungan kepada orang lain sangat penting. Biasakan memberi nasihat atau wawasan kepada teman yang membutuhkan   dan jangan malu mengeluarkan kata-kata inspiratif untuk orang lain. 

4. Biasakan menyelesaikan permasalahan

 Kehidupan tidak lepas dari masalah dan konflik. Keduanya pasti ada di sekitar kita. Biasakan menyelesaikan masalah yang terjadi pada kita atau berkontribusi menyelesaikan masalah yang dihadapi orang-orang di sekitar kita. Hal ini akan meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang sangat dibutuhkan dalam kepemimpinan. 

Dengan demikian  setiap orang yang ingin sukses penting untuk memikiki skill kepemimpinan, dan setiap orang bisa berlatih untuk memperolehnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun