Mohon tunggu...
Abdul Mutolib
Abdul Mutolib Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pegiat literasi

Penulis buku teks pembelajaran di beberapa penerbit, pegiat literasi di komunitas KALIMAT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah Agama Perlu Dimoderasi?

20 Oktober 2020   08:35 Diperbarui: 20 Oktober 2020   08:45 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Balitbang dan Diklat Kemenag RI

Moderasi beragama dalam pengertian yang telah dibahas di depan merupakan keniscayaan dalam kebidupan.  Realitas kehidupan sering menempatkan manusia di antara dua kutub yang bersebrangan dan diperlukan sikap seimbang agar tidak jatuh pada  satu sisi yang sama-sama berakibat tidak baik. 

Sejarah kemajuan peradaban Islam juga tidak terlepaas dari sikap moderat generasi terdahulu dengan menerapkan keterbukaan sekaligus ketertutupan terhadap budaya dari luar (baina al infitah wa al inghilaq). Jika umat Islam dahulu tidak terbuka terhadap peradaban Yunani dengan keluatan filsafatnya, maka umat Islam tidak akan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan. Tatapi umat tidak mengambil mentah-mentah filsafat Yunani. Mereka mengambil yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. 

Menjauhkan Bias 

Upaya pemerintah untuk mengarusutamakan moderasi beragama banyak dipahami secara bias, baik oleh pihak yang mendukung maupun yang menolaknya.   

Para penolak ide pengarusutamaan moderasi beragama menaruh kecurigaan bahwa gerakan ini hanyalah kedok orang-orang liberal untuk memasarkan pemikiran liberal mereka dalam memahami ajaran agama. Mereka memahami ide ini sebagai " kalimah al haq uriida bihi al baathil" (kata yang benar tapi dimaksudkan darinya kebatilan). 

Sementara di sisi lain ada kelompok yang menjadikan konsep moderasi beragama untuk memukul golongan di luar kelompknya dengan stigmatisasi intoleran dan radikal. 

"Buku putih" moderasi beragama yang dikeluarkan oleh Badan Litbang dan Diklat Kementerian agama RI telah menjelaskan kesalahpahaman ini. Buku yang terbit Oktober 2019 itu menegaskan bahwa sikap moderat bukan sikap kompromi keyakinan teologis beragama dengan pemeluk agama lain. Bersikap moderat bukanlah besikap liberal dan mengabaikan norma-dasar yang sudah jelas dalam agama. Bersikap moderat dalam beragama tidak berarti menggadaikan keyakinan untuk menghargai keyakinan pemeluk agama lain. 

Dengan demikian, diperlukan keadilan sejak dalam pikiran bagi pihak-pihak yang selama ini memahami konsep moderasi beragama secara bias. Pun diperlukan ikhtiar yang lebih dari pemerintah untuk mensosialisasikan konsep moderasi ini secara lebih massif dan lebih tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun