Mohon tunggu...
Abdu
Abdu Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Keperempuanan

laki-laki yang berasal dari cirebon, sebuah kota yang dijuluki dengan kota wali

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketakutan Perempuan yang Tak Perlu Ada

10 Februari 2023   09:43 Diperbarui: 10 Februari 2023   09:46 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketakutan merupakan rasa yang pasti ada di setiap manusia bukan hanya dirasakan oleh perempuan. Bahkan rasa takut ini ada juga pada mahluk lain seperti halnya hewan yang takut ketika ada yang memangsa dirinya atau diburu oleh pemburu, tumbuhan yang takut kendatipun manusia tak paham rasa takut dari tumbuhan itu sendiri. Itu artinya bahwa rasa takut adalah sebuah kewajaran yang dimiliki oleh siapapun. Kendatipun demikian wajarnya, kita mesti menjadikan rasa takut itu wajar-wajar saja dalam artian tidak menjadikan rasa takut menjadi boomerang yang akan mematikan kita karena menjadikan rasa takut hal yang berlebihan dalam menyikapinya.

Dari sini saya jadi teringat dengan filsafat stoikisme yang mengajarkan ketenangan manusia dalam menjalani hidup. Kendatipun aliran ini terbilang tua dikarenakan lahir ketika abad ke-3 atau pada tahun 108 SM,  aliran ini masih cukup ampuh untuk menangani hidup yang dipenuhi dengan rasa kekecewaan, rasa ketakutan dikarenakan omongan orang lain ataupun keadaan yang menjadikan dirinya menjadi manusia yang serba takut dalam melangkahkan kaki ke hal yang baru.

Aliran yang lahir pada tahun 108 SM ini mengajarkan pada manusia bahwa kehidupan yang kita miliki tidak ada yang abadi. Betul sekali, stoikisme memberikan rambu bahwa kebahgiaan, kesedihan, rasa takut, dan apapun yang kita miliki ini tidak ada yang abadi. Dalam islam pun membicarakan mengenai keabadian yang mana hanya dimiliki oleh Dia yang menciptakan keidupan ini dan segala yang ada didalamnya.

Stoikisme mengingatkan bahwa nasib yang akan dimiliki manusia akan berubah dengan secara cepat. Dari sini, aliran ini seakan mengajarkan kita untuk tidak terlalu berambisi secara berlebihan yang bukan berarti kita disuruh untuk pesimis dalam masa depan dan apa yang dijalani dalam hidup. Islam mengajarkan manusia agar menjadi hamba yang washatiyah, hamba pertengahan yang tidak berlebihan dalam sesuatu pun tidak terlalu meremehkan sesuatu.

Orang-orang jawa dalam hal ini selalu mengajarkan kepada anaknya bahwa dalam hidup kita harus memiliki sifat legowo yang bermakna berserah saja pada Tuhan atau ikhlas dan ridho. Mengajarkan untuk bisa mengelola pikiran agar sentia bersikap atau berpikir positif dengan Namanya takdir.

Baca juga: Kebebasan Perempuan

Baru baru ini seorang influencer memberikan komentar yang menjadikan komentar itu viral dan menjadi bahasan oleh banyak orang. Komentar yang berkata bahwa "anak adalah sebuah beban" "awet muda dikarenakan tidak memiliki anak".

Dalam kitab Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:

"Dia (Zakariyyaa) berkata, Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku." (Q.S. Maryam 19: ayat 4)

 
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

 

"Dia (Zakariyyaa) berkata, "Ya Tuhanku, bagaimana aku akan mempunyai anak, padahal istriku seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai usia yang sangat tua?"" (QS. Maryam 19: Ayat 8)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun