Mohon tunggu...
Abd Rahman Hamid
Abd Rahman Hamid Mohon Tunggu... Sejarawan - Penggiat Ilmu

Sejarawan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Membongkar Mitos Kuliah (4)

9 Desember 2022   16:12 Diperbarui: 9 Desember 2022   16:15 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada akhir Oktober 2014, lima hari lagi, saya dan keluarga kecilku, akan kehabisan biaya hidup di Kelurahan Kukusan, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat. Saat itu, anak kami yang kedua, Annisa Fikriana, baru berusia empat bulan. Saya sengaja membawa Nisa, karena tiga jam setelah ia lahir di RB. Sophiara Makassar, saya langsung tingalkan ke Depok untuk kuliah. Waktu itu, kakaknya, Nurul Azkiyah, ikut dengan neneknya ke kampung (Seram, Maluku).

Pagi itu, saya berkeliling kompleks, sembari berpikir berbagai alternatif yang dapat saya lakukan untuk mendapatkan biaya hidup kami. Setiap ada info yang terpajang di jalan, saya coba mendekati. Berharap ada lowongan kerja untuk saya. Kadang tiba di satu lorong buntu, sehingga harus balik lagi dan mencari jalan lain. Maklum, hari itu saya jalan tanpa tujuan tertentu, kecuali melihat-lihat keadaan dan peluang informasi pekerjaan.

Setelah setengah jam lamanya berkeliling, Handphone saya berdering. Assalamu Alaikum Pak Rahman, apa kabar?, begitu kata pembukanya. Saya balik bertanya, maaf dengan siapa? Penelpon menjawab, Pak Joko. Saya masih belum kenal baik, tapi dari nada suaranya, tampak saya sedikit kenal. Setelah itu, beliau melanjutkan, saya.. Prof. Djoko Marihandono. Oh, iya Prof, kataku. Ada apa Prof? Saya balik bertanya. Bagaimana kuliahnya?, beliau bertanya lagi. Saya jawab: Alhamdulillah baik Prof, sekarang lagi kuliah.

Begini Pak Rahman, ada Seminar Nasional Proklamasi di 8 Provinsi. Pak Anhar Gonggong, sebagai calon pembicara, berhalangan. Kesehatannya kurang baik. Kami perlu pengganti beliau. Apakah bisa dibantu carikan calon pembicara dari Indonesia Timur? Untuk membicarakan Proklamsi di Indonesia Timur, khususnya Provinsi Sulawesi dan Provinsi Maluku.

Saya mengajukan beberapa nama dari Indonesia Timur, tetapi Prof. Joko belum setuju. Kira-kira 3 atau 4 nama saya ajukan. Setelah itu, tiba-tiba beliau katakan, bagaimana kalau Pak Rahman saja? Saya sulit menjawab. Waduh pak, kataku. Mengapa?, tanya Beliau. Apakah bisa buat makalah, besok sore jam 4 selesai? Awalnya saya ragu, karena saya tidak di Makassar. Sumber-sumber saya ada di Makassar. Kemudian saya respon, baik Pak. Saya upayakan. Terima kasih pak Rahman, kemudian beliau menutup teleponnya.

Saya bergegas kembali ke rumah. Tanpa banyak bicara, saya sampaikan ke isteri saya soal tawaran itu. Saya minta agar diberikan waktu luang untuk kerja. Isteri aya setuju dan mendukung sepenuhnya. Saya bersiap, lalu ke kampus.

Tujuan utama saya di kampus tentunya adalah perpustakaan Universitas Indonesia. Saat tiba di pintu timur perpustakaan (dekat BNI), saya bertemu kawan saya. Tanpa basa basi, saya sampaikan, maaf, saya ada urusan penting. Saya harus segera masuk ke perpustakaan.

Dokpri
Dokpri

Saya masuk ke perpustakaan. Lantai 2 dan 4 adalah tujuan saya. Pertama saya ke lantai 2. Di sana banyak buku-buku sejarah lokal tentang Sulawesi dan Maluku. Saya langsung pinjam. Sekitar 10 buku, karena itu batas maksimul jumlah pinjaman bagi mahasiswa pascasarjana. Kemudian, saya naik lagi ke lantai 4 untuk membaca koleksi khusus yang tidak bisa dipinjam. Sampai kira-kira jam 4 atau 5 sore, saya kembali ke rumah, dengan membawa sejumlah buku.

Di rumah, isteri dan anak saya menunggu. Isteri saya tahu bagaimana saya dalam kondisi seperti itu, jika mau menulis. Dia menyiapkan menu ala kadarnya, sembari menjaga putri kami, Nisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun