Mohon tunggu...
Abd Rahman Hamid
Abd Rahman Hamid Mohon Tunggu... Sejarawan - Penggiat Ilmu

Sejarawan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Diaspora Mandar (6) Merawat Budaya Bahari

6 Desember 2022   09:50 Diperbarui: 6 Desember 2022   10:02 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kalau mau lihat orang Mandar 'asli', pergilah ke Pulau Laut. Di sana mereka sangat maju dalam pembuatan kapal kayu yang muatannya mencapai ratusan ton", kata (alm) Haji Sa'adong (lahir 1935) kepada penulis saat wawancara di Bababulo (22/02/2016). 

Hal senada juga sering disampaikan oleh Suadi (59 tahun) ketika penulis riset di Majene pada 2016-2019. Atas dasar itulah penulis riset di Kalimantan Selatan (4-12/11/2022).

Setelah perjalanan darat dengan mobil lebih kurang tiga jam dari ibukota Kabupaten Kotabaru, penulis tiba di Tanjung Lalak. Dari sana orang berangkat dengan kapal-kapal kecil (taxi laut) menuju Pulau Kerasian, Pulau Kerumputan, dan Pulau Kerayaan. 

Perjalanan ke pulau yang terakhir lebih lama, yakni sekitar 40 menit pada kondisi laut normal, dibandingkan dua pulau lain yang dijangkau sekitar 20 menit. Tiga pulau tersebut merupakan pusat komunitas Mandar di Kecamatan Pulaulaut Kepulauan.

Salah seorang pengusaha kapal yang sukses di Tanjung Lalak ialah Sukarman, lahir di Pulau Kerasian pada 1970. Awalnya dia menjadi awak dan juragan perahu baqgo dan kapal milik ayahnya, Haji Saharuddin. 

Dia berlayar ke Gresik, Surabaya, Balikpapan, Samarinda, Tarakan, dan Bali dengan kapal Putra Bahari (275 ton) membawa kayu, sembako, dan besi. Setelah era modernisasi pelayaran, ayahnya menjalin usaha bersama (joint partner) dengan pengusaha Cina dan Banjar.

Sukarman pernah joint dengan pengusaha Bugis di Tarakan. Perahunya, Merah Buana (97 ton), dibuat di Tanjung Lalak. Awalnya perahu itu digunakan memuat beras milik Haji Haeruddin dari Parepare ke Tarakan. 

Kemudian ketika di Tarakan, ada seorang pengusaha Bugis bernama Ason ingin membelinya, tetapi dia tidak mau. Sukarman justeru menawarkan untuk usaha bersama. Ason setuju dan selanjutnya memasukan investasi senilai 275 juta. 

Enam tahun kemudian, Ason membayar lunas perahu itu dengan menambah uang sebanyak 325 juta. Jadi total nilai jual perahunya adalah 600 juta rupiah.

Dokpri
Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun