Mohon tunggu...
Abdi Parasian Simamora
Abdi Parasian Simamora Mohon Tunggu... Lainnya - STAR XIX 2023

Write for eternality (Pram)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sepak Bola (Antologi Scene 13)

23 Februari 2023   17:09 Diperbarui: 23 Februari 2023   17:06 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepakbola

Kelas yang sudah berakhir
Tersisa beberapa puluh menit kegiatan kosong
Sambil menunggu teman-teman yang beragama muslim selesai
Menyalurkan hobbi bermain bola di lapangan sekolah

Hanya butuh 10 hingga 12 orang untuk bisa bertanding
Ditemani sahabat hingga tetangga kelas
Ditambah dengan kelas junior
Sepakbola menjadi pilihan yang harus dimainkan

Tak disangka sang puan juga menyukai bidang yang sama
Sepakbola yang terkadang jadi cerita yang asyik diperbincangkan
Egi MV menjadi salah satu idolamu dulu kala bercerita
Usilku aku adalah idolamu yang nyata di sekolah

Sering kala selesai beribadah dengan teman-temanmu
Menikmati pemandangan ria sebelum les tambahan tiba
Duduk di bangku taman menonton sepakbola yang tersaji di lapangan itu
Sering juga aku adalah lelaki yang sering kau banggakan

Di tengah pertandingan sering karena memakai sepatu sekolah kurang nyaman
Memilih melepas kasut dan bermain tanpa alas kaki sudah jadi biasa
Team ala ala sederhana dan hanya sekedar melepas tawa dengan teman-teman sekolah
Goal demi goal tercipta dari sebuah pertandingan yang tersaji

Sering tersorot dirimu harus bersorak ria
Kala tercipta gol demi gol di lapangan
Betapa sang puan adalah wanita istimewa dan langka
Menyukai hobby dan pembahasan yang sama

Teringat betul kala satu pertandingan sengit
Aku menjadi salah satu yang bertanding di dalamnya
Pernah satu momen kaki robek bergesekan dengan lantai
Namun terus memilih menyelesaikan pertandingan

Tak lama setelah kami kembali ke kelas
Kau melihatku dan melempar senyum dan geleng-geleng kepala
Pergi keluar dan menyerocos ke kantin mencari obat merah dan balutan
Segera kau memberi obat itu untuk aku mengobati dan membersihkannya

Teramat baik dan tulus dirimu
Sang puan adalah semesta ternyamanku
Obat merah dan tisu jadi sebagian saksi cerita
Tisu dan bau keringat tak berhasil membuatmu rishi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun