Mohon tunggu...
Abdi Husairi Nasution
Abdi Husairi Nasution Mohon Tunggu... Editor - Penulis lepas, filatelis, numismatis, serta penggiat lari dan sepeda.

Menulis membuat saya terus belajar tentang segala hal dan melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Money

Bisnis Toilet

6 Maret 2011   02:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:02 1799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Toilet tak cuma tempat pipis dan buang hajat, tapi juga bisa dibisniskan. Sudah banyak yang menangguk untung dari bisnis toliet ini. Seperti Nanang misalnya, bapak dua putra ini menggeluti bisnis jasa persewaan toilet umum di Tasikmalaya. Dia menggeluti bisnis jasa persewaan toilet umum di stasiun, terminal, dan pasar sejak 1997 dengan modal awal Rp 3 juta. Dari bisnis yang sudah dijalankan selama kurun 14 tahun itu, Nanang sudah banyak menangguk untung. Usaha toilet umumnya itu terus berkembang, kini dia sudah memiliki 18 lokasi usaha yang tersebar di 3 kota yaitu Jakarta, Bekasi, dan Tasikmalaya, serta didukung oleh 33 tenaga kerja. Dari bisnis yang awalnya dianggap "ecek-ecek" itu, Nanang sudah bisa menghidupi banyak orang. Tak heran, dari bisnis yang menguntungkan tersebut, Nanang dipercaya oleh sebuah bank pemerintah terkemuka untuk mendapatkan suntikan dana yang lebih besar lagi. Bisnis toilet memang tak ada matinya, semua orang pasti membutuhkannya, terutama saat berada di tempat-tempat umum. Kalau dihitung-hitung secara manual, keuntungan bisnis tak biasa itu bisa mendatangkan duit hingga jutaan rupiah setiap harinya. Andai dalam sehari terdapat sekitar 1000 orang yang memakai jasa toilet itu, maka dengan tarif 1000 rupiah kita bisa mendapat omzet sekitar 1 juta rupiah dalam sehari. Kalau kita memiliki cabang hingga 18 lokasi seperti yang dimiliki Nanang, dalam sehari bisa diperoleh omzet sekitar 18 juta, dan dalam sebulan bisa didapat sekitar 540 juta. Andai bisnis toilet lagi sepi-sepinya, turun hingga 70% paling tidak masih bisa diperoleh 162 juta dalam sebulan. Keuntungan bersih pun masih diperoleh, tinggal kurangkan sekitar 30% untuk biaya operasional setiap bulannya. Untuk itu, agar keuntungan bisa diperoleh secara maksimal, penentuan lokasi pun sangat penting. Nanang sudah tepat memilih lokasi. Dia pilih tempat-tempat yang ramai dikunjungi, seperti terminal, stasiun, dan pasar. Tempat-tempat tersebut pasti selalu ramai setiap saat. Lokasi wisata juga bisa dijadikan alternatif. Demikian pula dengan jalan raya yang selalu padat dilalui kendaraan. Jalur pantura Jawa merupakan salah satu jalan raya yang bagus buat dijadikan bisnis toilet umum, apalagi menjelang libur hari raya dan libur panjang. Jalan Raya-Sukabumi pun layak dilirik, demikian pula dengan Jalan Raya-Puncak. Jalan-jalan raya yang saya sebutkan itu selalu ramai dan padat setiap Sabtu-Minggu. Orang-orang yang melalui jalan raya itu suka bingung harus buang hajat kemana kalau lagi terdesak. Mereka sulit menemukan toilet umum yang bersih dan memadai, rata-rata mereka selalu menemukan jenis toilet apa adanya, berbau, dan kotor. Ironisnya, mereka diharuskan pula membayar jasa toilet yang di bawah standar tersebut. Ini merupakan peluang, bisnis yang dianggap kotor tapi sangat dibutuhkan. Ada yang berminat? Sumber gambar: hemmy.net

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun