Mohon tunggu...
Abdi Manab Idris
Abdi Manab Idris Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hi there !

Energy Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Nilai Perang Rusia-Ukraina Untuk Memperkuat Ketahanan Energi dan Pertahanan Negara Republik Indonesia

26 Agustus 2022   22:55 Diperbarui: 1 September 2022   11:18 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Berdasarkan uraian fakta-fakta diatas maka ekspor bahan bakar fosil Rusia selama 100 hari pertama perang, senilai sekitar 60 miliar $AS. Dapat diketahui bahwa selain china masih banyak anggota negara NATO yang masih membeli bahan bakar fosil di Rusia karena negara-negara eropa tersebut masih bergantung tergolong negara importir yang kebutuhan energinya sangat bergantung pada Rusia hal ini menyebabkan harga ekspor rata-rata Rusia sekitar 60 % lebih tinggi dari tahun lalu, Beberapa negara telah meningkatkan pembelian mereka dari Rusia karena rusia menjual energinya dengan harga yang cukup terjangkau sehingga China, India, Uni Emirat Arab dan Prancis terpaksa membeli bahan bakar penyangga untuk persiapan musim dingin tahun 2022. Hal ini berkaitan erat dengan teori evaluasi kebijakan Wiliam N Dunn tahun 2017 tentang evaluasi kebijakan

Menurut Wiliam N Dunn (2017) Evaluasi kebijakan sangat perlu dilakukan dalam kondisi darurat militer karena menggangu hampir semua kebijakan pada masa damai. Metode evaluasi analitik kebijakan terlebih dahulu meninjau beberapa cara di mana etika dan nilai penting bagi kebijakan publik. Beberapa analis percaya bahwa evaluasi kebijakan harus berkonsentrasi pada penjelasan dan prediksi, memperlakukan etika dan nilai-nilai sebagai renungan. Teori deskriptif, normatif, dan meta-etis memberikan dasar untuk evaluasi dalam analisis kebijakan, sehingga jika dikaitkan dengan kondisi darurat militer antara Rusia dan Ukraina khususnya ukraina yang baru saja mengalami perang secara besar-besaran maka perlu dilakukan evaluasi secara keseluruhan kebijakan mulai dari pemanfaatan SDM, Pengelolaan Energi, Manajemen kependudukan dan sebagainya di mana evaluasi mengacu pada produksi informasi tentang nilai atau nilai hasil kebijakan yang mendukung berkehidupan di masa darurat militer dan mengencangkan sabuk kerja sama kepada negara-negara lainnya yang serupa dengan Kerjasama Rusia dan India.

India menjadi importir signifikan minyak mentah Rusia yang membeli 18 % dari ekspor negara itu. Hasil pembelian bahan bakar fosil tersebut nantinya dikelola rusia agar dapat tetap menyerang Ukraina secara massif sehingga secara tidak langsung beberapa negara eropa telah memberikan dana kepada rusia untuk menyerang ukraina karena kebutuhan (demand) energi masing-masing negara yang cukup besar. Oleh karena itu pihak negara-negara NATO mulai tahun ini akan mengurangi secara perlahan kebutuhan energi nya sesuai strategi diatas dengan melakukan pertemuan berkala untuk membahas perihal kebutuhan energi mereka. Krisis energi terjadi pada Amerika Serikat hal ini ditandai dengan harga bensin regular sebesar $4,58/gallon sehingga biden melakukan Tindakan strategis dengan mengeluarkan cadangan minyak nya sehingga bisa menekan harga yang cukup fantastis tersebut (Padahal normalnya cadangan strategis di gunakan AS Ketika darurat militer).

Kazakhstan saat ini sangat bergantung pada rusia karena Kurangnya infrastruktur pipa dan geografi yang terbatas merupakan hambatan utama untuk meningkatkan produksi dan ekspor minyak dan gas dari Kazakhstan, membatasi upayanya untuk menjadi pemasok energi yang independen dan berbiaya rendah bagi konsumen regional dan internasional. Ukraina saat ini sedang mengalami krisis energi besar karena beberapa objek vital nasionalnya terganggu sehingga tidak dapat beroprasi. Hal ini akan menguntungkan Rusia karena sumber bahan bakar ukraina akan semakin berkurang. Hal ini didukung dengan kondisi darurat energi global. Meskipun kondisi darurat energi yang saat ini menimpah hampir seluruh dunia, Negara-Negara NATO tetap menjunjung tinggi kesepakatan Net Zero Emission pada tahun 2050.

Banyak negara yang mengecam keras Tindakan invasi putin terhadap ukraina, telah dilakukan berbagai macam aturan mulai dari sanksi ekonomi, sanksi impor khususnya energi hal ini sesuai dengan diloloskan nya RUU larangan mengimpor minyak, gas alam, dan batu bara Rusia namun melakukan hal yang berbeda kepada ukraina yang bahkan diberikan dana bantuan dari amerika serikat sebanyak $ 13,6 miliar. Berdasarkan fakta diatas dapat kita ketahui strategi rusia selama agresi militer ke ukraina yakni menyerang infrastruktur militer dan energi di ukraina yang merupakan objek vital nasional. Rusia bahkan telah menguasai PLTN Chernobyl di Ukraina sehingga akses listrik dari pembangkit yang dikuasai rusia di putus ke ukraina. Hal ini akan menyebabkan pergerakan dan sumber energi untuk mendukung pertahanan ukraina semakin berkurang. Oleh sebab itu penting memprediksi pergerakan NATO kedepannya.

Prediksi yang akan terjadi NATO akan melakukan pertemuan rutin untuk mengatasi kenaikan harga bahan bakar dan pangan untuk kebutuhan kedepannya. NATO juga akan melakukan manuver dalam menyusun kerangka Net Zero Emission hingga tahun 2050 meskipun dalam kondisi krisis energi. Negara-negara NATO juga akan melakukan perundingan terhadap Kerjasama kepada beberapa negara penghasil energi minyak, gas, batubara dan pangan agar memenuhi kebutuhan mereka. Mengingat akan dilaksanakan pertemuan G20 yang Sebagian besar diduduki oleh anggota NATO seyogyanya akan membahas dengan erat peningkatan Kerjasama untuk mengantisipasi kenaikan harga minyak, gas dan batubara. Negara-negara yang kemungkinan akan diajak bekerjasama salah satunya adalah Indonesia. hal ini dikarenakan Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara terbesar di Dunia. Rusia akan membidik Kembali beberapa target objek vital nasional ukraina agar bisa melumpuhkan negara tersebut secara keseluruhan    

Pergerakan, strategi, dan kondisi energi kedua negara dan update informasi terbaru kedua belah pihak dan secara global yang terdampak di hari selanjutnya oleh rekan pelapor yang lain. Pada pertemuan G20 nanti, Indonesia harus menempatkan diri se-efektif dan selektif mungkin negara-negara yang dapat diajak bekerjasama khususnya pada bidang energi. Indonesia diharapkan dapat melakukan diversifikasi batubara dan hilirisasinya (DME) agar dapat menaikkan nilai dari barang eksportir kepada negara yang akan diajak bekerjasama. Indonesia harus bersifat netral pada pertemuan G20 di bali nantinya sehingga dalam merancang pertumbuhan ekonomi harus mempertimbangkan kekurangan dan kelebihan dari negara terkait. Jika suatu saat nanti terjadi demiliterisasi atau darurat militer maka Indonesia harus memperketat penjagaan di Kawasan objek vital kritis negara seperti Smartgrid, Pembangkit listrik, pangkalan militer, daerah perbatasan dan rumah sakit. Indonesia diharapkan mempertimbangkan alternatif/memasok/menyuplai kebutuhan minyak dari Rusia (dengan harga murah) termasuk mempertimbangkan pengawalan distribusi, pembangunan tipe kilang minyak dari minyak mentah rusia.

Indonesia harus memperkuat penjagaan militer di daerah objek vital nasional seperti energi, sistem grid, penguatan infrastruktur militer dll untuk mengantisipasi Ketika di kemudian hari terjadi darurat militer. Indonesia membutuhkan bunker bawah tanah/bunker yang tahan terhadap misil untuk mengamankan penduduk sipil seperti orang tua, anak-anak, dan Wanita hamil/Wanita non militer. jika keesokan hari terjadi darurat militer di Indonesia. Kedepannya diperlukan rekrutmen komponen cadangan secara besar-besaran untuk memperkuat komponen aktif Republik Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun