Mohon tunggu...
Abdi Dharma
Abdi Dharma Mohon Tunggu... -

Menulis di Kompasiana untuk menyalurkan hobi & berbagi info..(http://infoterpenting.blogspot.com/). Hobi lainnya adalah berenang, yoga, membaca, bersepeda, bermain (& mengajar) gitar, keyboard, biola. meditasi, dan aktifitas kreatif lainnya. Aktifitas internet saya bisa dilihat di sini http://www.youtube.com/watch?v=tBAVn3pkRkE\r\nhttp://www.youtube.com/user/meditasiplus#p/u\r\nhttp://www.youtube.com/user/thursanhakim\r\nhttp://www.youtube.com/user/lesmusiktercepat\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Yang Mudah Stress Itu Bukan Nila Muluk, Tapi Menkes Yang Baru (?)

26 Oktober 2009   10:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:31 1183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tentu anda masih belum lupa berita kontroversial tentang gagalnya Nila Muluk untuk menduduki posisi menteri kesehatan (menkes), padahal dia sudah menjalani audisi menteri Cikeas idol besama sejumlah calon menteri lainnya. Alasan gagalnya Nila, juga membuat sejumlah tokoh masyarakat tidak percaya, karena alasannya adalah Nila disimpulkan memiliki kecederungan mudah stress menurut hasil psikotest. Benarkah demikian ?
---
PSIKOTEST BUKAN SEGALA-GALANYA
---
Psikotest hanya merupakan salah satu alat test / metode pengumpul data yang tekait dengan kepribadian seseorang. Di samping psikotest masih ada lagi sejumlah alat pengumpul data yang juga terkait dengan kepribadian seseorang. Alat / metode pengumpul data yang lain tsb di antaranya adalah obsevasi, interview, sosiometri, study documenter, biografi, checklist, study kasus, dll. Dengan demikian psikotest bukanlah merupakan satu-satunya alat test yang bisa digunakan untuk menyimpulkan kelemahan atau kelebihan kepribadian seseorang.
---
Setiap alat pengumpul data memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Biasanya untuk menyimpulkan kepribadian seseorang diperlukan lebih dari satu test / alat pengumpul data agar kesimpulan yang didapat benar-benar akurat. Dengan demikian kesimpulan yang menyatakan bahwa Nila Muluk memiliki kecenderungan mudah stress patut diragukan jika hanya berdasarkan hasil psikotest.
---
Alat test / alat pengumpul data lainnya seperti obsevasi, interview, dan biografi tentu saja bisa digunakan untuk menyimpulkan apakah Nila Muluk benar-benar memiliki kecenderungan mudah stess atau tidak.
---
Nila adalah seorang guru besar. Untuk menjadi seorang guru besar tentu dia harus melalui berbagai pengalaman yang sangat sulit. Seseorang yang mudah stess hampir tidak mungkin bisa behasil menjadi seorang guru besar.
---
Kalau dilihat dari biografi Nila yang saat ini sudah menjadi guru besar dan bekerja sebagai dokter ahli penyakit mata, sangat mungkin disimpulkan bahwa dia adalah orang yang cukup tahan dalam mengahadapi stress.
---
Dari wawancara pun seseorang yang mudah stress tentu bisa dilihat. Demikian juga dengan observasi, metode ini bisa digunakan untuk melihat adanya kecenderungan pada diri seseorang, apakah dia tahan stress atau tidak. Jadi logikanya jika seseorang memang memiliki kecenderungan untuk tidak tahan stess, orang-orang di sekitarnya tidak sulit untuk mengetahuinya.

---
Dari sini dapatlah dimaklumi kalau penyebab gagalnya Nila untuk menduduki posisi menkes adalah karena dia tidak tahan stress menyebabkan banyak orang tidak percaya. Nila sendiri telah mengatakan bahwa dirinya merasa biasa-biasa saja. Orang-oang di lingkungan sekitarnya pun mengatakan Nila biasa-biasa atau sehat-sehat saja. Lalu kenapa Nila dikatakan tidak tahan stess ? Mungkinkah orang yang melaksanakan psokotest terhadap Nila saat itu sedang stress ?
---
APAKAH MENKES YANG BARU TAHAN STESS ?
---
Logikanya orang yang menggantikan posisi Nila sebagai menkes haruslah orang yang lebih baik. Jika Nila dikatakan tidak tahan stess, maka penggantinya haruslah orang yang tahan stress dan penuh rasa percaya diri. Apakah pengganti Nila memang memiliki kelebihan seperti itu ?
---
Salah satu ciri dari orang yang tahan stress dan penuh percaya diri adalah bisa tampil menghadapi orang banyak dengan tenang, dapat berbicara dengan lancar, dan sedikitnya dia tidak mengalami ketegangan yang berlebihan.
---
Pada hari Minggu, 25-10-2009, Menkes, Endang Srirahayu Sedya Ningsih, berpidato di bundaran Hotel Indonesia (HI) di hadapan para peserta gerak jalan, untuk memperingati Hari Osteporosis Nasional.
---
Ketika berpidato Endang telihat sangat tegang, kaku, dan grogi. Saat ia berpidato, para peserta telihat cuek dan sibuk ngobrol. Suara Endang terdengar ragu-ragu dan kurang keras. Intonasinyapun tidak lancar dan lugas. Ia menyapa peserta dengan bertanya: “Jadi tua itu normal atau tidak ?” Tapi peserta tidak ada yang menyahut. Demikian juga ketika ia mengatakan: “Tapi, tidak berarti jadi tua, jadi tidak produktif ya.”
---
Dalam pidatonya Endang berpesan agar masyarakat selalu mencegah osteoporosis sejak dini dengan cara berolah raga secara teratur, makan makanan bergizi seimbang, berjalan kaki 10.000 langkah per hari, tidak merokok, tidak minum minuman beralkohol, dan menjauhi narkoba.
---
Sepanjang pidato menkes yang baru ini suasana terasa menjadi kaku. Oleh karena itu setelah Endang selesai berpidato, panitia langsung memanggil artis Indy Barens untuk menjadi MC dan membawakan acara. Suasana kaku pun berubah menjadi suasana ceria.
---
Berbicara di depan orang banyak dengan sikap yang tegang dan grogi itu bukan ciri dari orang yang percaya diri dan tahan stress. Dalam menjalankan tugas berikutnya tentu seorang menkes akan dihadapkan dengan tugas yang mengharuskannya bebicara di depan orang banyak.
---
Jika berbicara di depan masyarakat umum saja Endang sudah demikian tegang, stress, dan grogi, bagaimana jika dia nanti harus berbicara dan berdebat dengan anggoa DPR yang suka mencecar dengan pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan kadang-kadang bersikap sinis ?
---
Satu hal lagi yang perlu dipikirkan adalah adanya sikap tidak suka dari orang-orang di lingkungan kerja dan masyarakat kepada Endang sehubungan dengan latar belakang pengangkatannya yang controversial sebagai menkes, dan juga berita tentang keterlibatannya dalam kasus jual beli virus. Sikap cuek masyarakat ketika Endang berpidato sebagaimana uraian di atas, mungkin merupakan cerminan dari tidak rasa suka tsb. Itu semua akan menjadi salah satu beban mental bagi Endang dalam menjalankan tugasnya sebagai menkes. Sanggupkah Endang menghadap ini semua tanpa mengalami stress yang berlebihan ?
---
Salam dari: Abdi Dharma Group (Jakarta).
NB: Mohon kepada pengelola Kompasiana, agar postingan ini jangan sampai berubah menjadi terlalu rapat atau terlalu renggang. Pesan ini tolong dihapus saja. Terima kasih.
---

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun