Mohon tunggu...
Abdy Busthan
Abdy Busthan Mohon Tunggu... Administrasi - Aktivis Pendidikan

Penulis, Peneliti dan Dosen

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Batasan Pandangan Metafisika Tentang Tuhan

6 Februari 2019   17:57 Diperbarui: 6 Februari 2019   23:31 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.pinterest.com/pin/127226758200264934/

Ada kalimat seperti ini: "Teologi metafisik berbicara tentang Allah". Kalimat ini selalu menimbulkan problematik teologi-metafisik yang teramat panjang. Karena pada setiap kata dari kalimat itu kemudian dipersoalkan. Bagi sejumlah orang, konsep "Allah" yang biasa digunakan dalam metafisika merupakan persoalan, karena menurut mereka, Allah dalam metafisika berbeda dengan Allah yang di imani. 

Era saat ini, seringkali disebutkan sebagai zaman akhir metafisika. Dalam kajian sejarah filsafat barat, terbagi beberapa periode besar seperti: periode klasik (zaman Yunani), periode abad pertengahan, periode zaman modern (renaissance sampai idealisme), dan periode zaman sekarang (kontemporer), yang dibagi lagi menjadi dua, yaitu: Abad 20 dan abad 21 (postmodernisme). 

Dari sini, banyak sekali pengarang filsafat (filsuf) sejak abad ke-20 menamakan zaman sekarang ini sebagai zaman kematian dan akhir atau kesudahan dari metafisika. 

Dalam zaman modern, metafisika sudah berakhir. Filsuf Imanuel Kant (1724-1804) menegaskan berakhirnya metafisika dengan menerbitkan tulisannya berjudul "Critique of Pure Reason". Tulisan Kant ini menggarisbawahi batas-batas pikiran manusiawi. Spekulasi metafisika tentang Allah, manusia dan alam, melangkahi batas-batas ini. Namun hal ini tidak berarti bahwa tidak ada tempat untuk agama dan teologi. 

Menurut Kant, hanya ada satu pertanyaan: "Manusia itu siapa?". Pertanyaan ini mungkin (setidaknya) jika di tilik, terdiri dari tiga pertanyaan turunan, yaitu sebagai berikut:
- Apa yang dapat saya ketahui?
- Apa yang harus saya buat?
- Apa yang boleh saya harapkan?

Untuk pertanyaan pertama, dijawab oleh epistemologi, pertanyaan kedua dijawab oleh etika, dan pertanyaan ketiga oleh teologi. Sehingga tidak ada lagi tempat untuk metafisika. 

Pertanyaan-pertanyaan tentang iman dan agama tidak termasuk dalam bidang akal teoritis, yaitu 'bidang apa yang dapat saya ketahui', melainkan bidang akal praktis. Dan menurut Kant, persoalan agama akan dimulai dengan bidang 'akal praktis', akal yang bertindak---hal ini dibicarakannya dalam tulisan yang berjudul "Critique of Pure Reason". 

Konsep 'Allah' yang dibicarakan dalam filsafat, sama sekali berbeda dari 'Allah' menurut iman yang terdapat dalam Agama Masehi. Para filsuf memang mengakui adanya 'relitas tertinggi', dan semuanya menamainya itu dengan 'Allah'. Namun isi dari masing-masing konsep Allah yang dipahami oleh para filsuf tentu selalu berbeda (tidak sama). 

Bagi Plato misalnya, Allah itu lebih sebagai 'Ide-kebaikan', bagi Aristoteles adalah 'Sebab Pertama', bagi Spinoza adalah 'Alam', sedangkan bagi Plotinos adalah 'Yang Esa'. 

Nama-nama yang dalam filsafat dipakai untuk yang Ilahi, biasanya masih abstrak---Yang ilahi disebut sebagai 'Mengada' (Esse), 'Letting-be', 'Substansi', 'Roh mutlak', 'Natura naturans', 'Penyebab dirinya sendiri' (Causa Sui), 'Sebab pertama'.

Sedangkan nama-nama dari agama-agama jauh lebih konkrit. Menurut Maritain (1955), metafisika menamai Allah, tetapi tidak dengan namanya (tidak ada satu nama pun yang cocok). Sedangkan menurut Heidegger, Allah dari filsafat bukanlah Allah yang dapat dihormati dalam agama. Manusia tidak dapat berdoa kepada Allah ini, dan tidak dapat memuji Allah jenis ini---untuk Causa Sui, manusia tidak dapat berlutut dengan hormat, dan juga tidak main musik dan menari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun