Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Seniman - Belajar menulis

Mencoba belajar dengan hati-hati, seorang yang berkecimpung di beberapa seni, Tari (kuda lumping), tetaer, sastra.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Perjuangan Ibuku Melawan Penyakit Diabetes hingga Menjadi Pahlawan Literasi Puisi

16 November 2020   07:16 Diperbarui: 16 November 2020   07:24 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri Azis (foto ibu)

Ketika saya harus berbicara atau bercerita tentang ibu. Hal yang pertama kali saya rasakan ialah sedih. Perihal saat ini juga saya menjalani hidup sendiri dan berjuang sendiri.

Ayah meninggal sejak tahun 2014, saat itu saya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (Kejuruan). Dan ibu meninggal beberapa bulan kemarin, ketika 2 hari sebelum hari raya idul fitri. Siapa yang tidak sedih hingga depresi, ketika menjelang hari Kemenangan Islam saya harus kehilangan orang satu-satunya yang berharga?

Ibu saya ini orang yang sangat baik. Bukan kepada anak dan keluarganya saja, melainkan kepada setiap orang yang dihadapinya. Dari ibu juga saya terdidik menjadi orang seperti ini.

"Jadilah orang yang rendah hati, dan menjadilah orang yang belum tau apa-apa ketika kita menghadapi orang lain"

Satu pesan ibu yang sampai saat ini masih saya pegang. Pesan yang membuat saya menjadi orang rendah hati. Ketika saya harus menghadapi orang, saya harus sopan santun dan merendah. Karena sejatinya dengan berprilaku tersebut, orang akan memandang kita adalah sebagai yang sederhana.

Bukan hanya ibu saya saja. Saya rasa semua ibu yang ada di dunia ini, ingin menjadikan anaknya sebagai orang yang bermanfaat. Tapi tak ada salahnya juga kan, jika saya harus memuji dan membanggakan nama ibu saya?

Selain menjadi seorang penginspirasi melalui pesan-pesannya. Kerja keras ibu juga menjadi tauladan saya. Ketika ibu menggantikan peran seorang ayah untuk menafkahi anaknya yang masih sekolah. Jujur, hati saya ini bergejolak, ingin rasanya saya berhenti bersekolah dan bekerja menafkahi ibu.

Ya, pikiran itu muncul ketika melihat ibu menyeka keringat kelelahan. Sungguh hati ini menangis dan berkata "maaf bu, kalau saya masih merepotkan ibu". Seolah mendengar rintihan hati saya, ibu tiba-tiba waktu itu tersenyum dan berkata "tidak le, kamu harus lulus dulu ibu baru bangga sama kamu".

Ketika itu juga, saya bersemangat untuk sekolah dan ingin segera menyelesaikannya hingga saya lulus. Perihal sebenarnya saya sangat tidak bisa melihat ibu lama-lama kelelahan. Mengingat daya tahan tubuh ibu semakin melemah.

Benar saja, ketika saya baru lulus dan bekerja di salah satu Bank yang ada di Kediri. Ibu terjatuh sakit tak sadarkan diri. Setelah saya bawa ke rumah sakit dan masuk di Ruang ICU, saya baru tahu di kaki ibu ada luka yang begitu dalam.

"Ibu terkena Dieabetes basah mas, dan harus ada penanganan operasi, dikarenakan luka yang ada sudah cukup parah" jelas Dokter setelah memeriksa ibuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun