Bermalam di atas ilusi
___________
Katamu: Kekasih!
Wajah zaman kian ngeri
Kita ditakluki hanya dengan kelingking menusuk licik
Lakon demi lakon monoton suguhkan misteri
Kita sudah gemar bertanya
Tapi pertanyaan demi pertanyaan digilas kaki tanpa menaruh kasih
Kemudian kau juga bertanya
Apakah pijak habis di sini?
Aku hanya sanggup berdiam diri
Merangkul jejak dibawah taplak purnama
Meramu semoga di atas geladak sunyi
Menyulut pelita hati menanti rindang yang sungguh gelandangan
Untung aku tak sekejam penguasa
Tak sekejam kapital
Tanpa puasa mengikis buas
Maka akupun tak diam melihat tanyamu yang bimbang
Oh tidak manis!
Menangis bukan solusi mengais sejahtera
Diam bukan bom yang sanggup merobohkan kebobrokan
Namun retorika juga bukan nuklir
Sekali menukik sanggup meninabobokan segala
Aku hanya sejenak berdiam diri
Menggauli sunyi diperbatasan sadar sebelum tenggelam dalam lautan mimpi paling asin
Sebab aku yakin
Merenung adalah menenun kata hati usai berarak menanggalkan seutas tali
Kekasih!
Pijakku tak tamat di sini
Tapak tetap memanjat tebing waktu yang curam
Tangan tetap meraih harap dalam telapak orang-orang curang
Suram tanpa siraman bias pelita
Selebihnya
Temui aku di atas perahu malam
Berlayar bersama purnama
Bercerita iringi gelombang
Takluki buasnya Segi Tiga Bermuda
Hingga kau tahu
Renungan adalah nahkoda yang tengah menata lembut tuk menakluki ombak
Retorika adalah deruh kapal
Dan pelaksanaan adalah baling-balingnya
Kita perlu jauh berlayar, Gadis!
Memancing sunyi
Sodorkan senyum manis
Sembari menata lorong kepala yang masih picik
Kediri, 22 Oktober 2020
Abdul Azis Le Putra Marsyah