Mohon tunggu...
Abd. Ghofar Al Amin
Abd. Ghofar Al Amin Mohon Tunggu... wiraswasta -

|abd.ghofaralamin@yahoo.co.id|

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

PSSI Dibekukan, Dapur Pesepakbola Mulai Berantakan

14 Mei 2015   12:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:03 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

|Hailet Article| Setelah Menpora membekukan PSSI, giliran kompetisi QNB League 2015 pun dihentikan oleh PSSI. Penghentian kompetisi ini berdampak ke hampir seluruh pihak yang terlibat dalam helatan sepak bola nasional, khusunya para pemain yang untuk sementara libur “bekerja”. Akibatnya para pemain pun kehilangan sumber pemasukan keuangan, logikanya tidak bekerja, maka tidak ada bayaran. Dapur para pemain sepak bola pun terancam berantakan karena tidak ada pemasukan yang bisa diandalkan lagi. Penghentian kompetisi ibarat tsunami bagi para pemain sepak bola di Indonesia.

Mereka hanya bisa “menjerit” karena untuk sementara dirumahkan sampai batas waktu yang tidak jelas. Gunawan Diw Cahyo salah di sebuah tayangan infotainment televisi tadi pagi juga “menjerit” karena terpaksa mulai menguras tabungannya untuk biaya hidup. Apalagi sejak menikah, Gunawan melarang istrinya Okie Agustina untuk ikut-ikutan “ngejob” mencari uang. Sebagai suami Gunawan mengaku bertanggung jawab untuk meberikan nafkah kepada istrinya. Tapi dengan berhentinya kompetisi, dirinya untuk sementara tidak bisa memberikan nafkah, dan hal ini membuat istrinya uring-uringan dan marah-marah.

Gunawan memaklumi sikap istrinya yang seperti itu, karena memang sumber penghasilan satu-satunya keluarga tersebut adalah dari bermain bola. Jika tidak bermain, maka dapur terncam tidak akan ngebul. Kalau harus mengambil uang tabungan, lama-lama juga akan habis. Kondisi seperti ini tentu tidak baik bagi kelangsungan psangan keluarga Gunawan dan Okie. Okie pun ikut angkat bicara, bahwa untuk kebutuhan anak sepeti susu adalah kebutuhan yang tidak bisa ditunda-tunda, karena tidak ada pemasukan ia terpaksa menggunakan uang tabungannya.

Hal senada juga disampaikan oleh punggawa Arema, Cristian Gonzales. Ia mengaku mulai kebingungan karena sumber dana yang berasal dari pekerjaannya sebagai pesepakbola tengah mengalami nasib yang tidak jelas. Bahkan istri Gonzale yang mendampinginya sempat mengungkapkan keinginannya untuk menjual apartemen untuk menyambung hidup sambil menunggu kepastian perseteruan Menpora dan PSSI. Lagi-lagi salah satu sumber pemasukan keuangan keluarga Gonzales-Eva pun berasal dari gajinya sebagai pemain sepak bola. Nasib tidak jelasnya di sepak bola ini pulalah yang menjadikan Gonzales tengah berpikir untuk menerima tawaran Wabup Malang Ahmad Subhan untuk terjun ke dunia politik dengan menjadi Bakal Cawabub Malang Mendampingi Politisi Gerindra Ahamd Subhan yang juga masih menjabat Wabup Malang.

Pemain senior Sriwijaya FC (SFC) Asri Akbar pun merasa sangat terpukul akibat terjangan tsunami Liga Indonesia itu. Mantan pemain Persib Bandung mengaku menjadi korban dari pertikaian Menpora versus PSSI. Karena itu, dia mendesak agar kedua pihak segera menghentikan perseteruan yang tidak berujung tersebut. "Kami adalah korban. Mereka (Menpora-PSSI) harus memikirkan nasib kami," tegas Asri. Asri kesal karena dirinya selalu latihan optimal agar Laskar Wong Kito mampu menembus target juara.

Namun alih-alih latihan dan target tersebut bisa terealisasi kompetisi tiba-tiba dihentikan di tengah jalan. Asri juga mengeluh karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa dilakukannya selain bermain sepak bola. Hal itu tentunya bisa mengancam kelangsungan hidupnya ke depan. "Sepak bola segalanya buat kami, bola adalah kehidupan kami. Kami mau kerja apa lagi selain bermain bola. Pasti kehidupan kami terancam ke depannya," ucapnya.

Gelandang muda PSM Makassar Rasyid Assyahid Bakri juga sangat geram dengan kejadian ini. Dia mengatakan, dirinya juga pusing dengan kondisi sepak bola Indonesia yang tidak jelas juntrungannya. Dia berharap agar Liga bisa diselamatkan dan dijalankan seperti biasanya. Belum lagi sada beberapa klum yang “dibubarkan” sementara seperti Persis Solo. Para pemainnya dipulangkan dari mess ke rumah masing-masing. Pemain Persis Sola Andrid Wibawa mengaku meski kompetisi sudah dihentikan, pihaknya tetap berlatih sepak bola di tempat asalnya. Tapi yang namanya dipulangkan, ya tidak dapat bayaran, terlebih klub untuk sementara dinyatakan “bubar”. (sumber; RCTI, Sindo)

Itu baru sebagian keluhan para pemain yang diekspos media. Bagi para pemain yang masih lajang mungkin tak terlalu masalah, tapi bagi merek yang sudah bekeluraga, menanggung beban ekonomi keluarga, mulai dari kebutuhan rumah tangga, kebutuhan susu anak-anak, kebutuhan biaya pendidikan dan masih banyak kebutuhan lainnya, hal ini tentu menjadi masalah yang sangat rumit. Menpora dan PSSI harus berpikir sejauh ini, jangan hanya memikirkan kepentingan sesuai sudut pandang masing-masing tanpa memperhatikan kepentinga dan nasib “rakyat bola” yang tenggah menjerit karena sebagian dapurnya mulai “berantakan” diserang tsunami. Pemain PBR, David Laly berharap PSSI dan Kemenpora bisa menemui solusi terbaik sehingga kompetisi kembali berjalan normal seperti biasa. (Banyumas; 14 Mei 2015)

Met Rehat Siang Aja!

Before;

Menafsiri Khayalan Reshuffle Kabinet Jokowi-JK

Inilah 10 Kompasianer Penghuni Kolom TA

Gadis Kecil Ini Harus Bayar Hutang Ke Renternir

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun