Mohon tunggu...
Abd. Ghofar Al Amin
Abd. Ghofar Al Amin Mohon Tunggu... wiraswasta -

|abd.ghofaralamin@yahoo.co.id|

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Aku dan Stroke (Part 5)

26 Agustus 2016   21:39 Diperbarui: 26 Agustus 2016   22:07 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Inilah adalah tulisan terakhir tentang pengalaman stroke yang pernah dialami penulis, sebelumnya telah ditayangkan di kompasiana Aku-Dan-Stroke (Part-1) disusul Aku-Dan-Stroke (Part-2), dilanjut Aku-Dan-Stroke (Part-3), dikuti : Aku-Dan-Stroke (Part-4). Di edisi keempat berisi pengalaman penulis selama rawat inap di rumah sakit hingga akirnya diperbolehkan pulang setelah mendapatkan perawatan intensif selama beberapa hari.

Sebelum pulang, penulis terlebih dulu bertemu dengan ahli gizi rumah sakit setempat. Sang ahli gizi banyak bercas-cis-cus memberikan nasehat tentang pola makan yang harus dijaga, tidak boleh ini-itu dan lain sebagainya. Dianjurkan untuk ini-itu dan seterusnya. Salah satunya yang terngiang di telinga penulis adalah “Kurangi konsumsi garam, boleh makan telur asin sebulan cukup satu butir saja, dan jangan merorok”, alamak!

Ya, diet garam kuncinya, sampai-sampai makan telur asin saja paling banyak sebutir dalam satu bulan. Karena ingin sehat dan bisa kembali seperti semula, apa yang menjadi nasihat tim medis rumah sakit, penulis berusaha untuk mematuhinya, bahkan sesampai di rumah, penulis membuat menu yang lebih lowketimbang menu rumah sakit.

Selain berhenti merokok, slama kurang lebih empat bulan penulis setiap pagi sarapan krapahanplus segelas jus. Menu krapahansetiap hari selalu bergonta-ganti mulai dari jagung rebus, kentang rebus, ubi-ubian rebus, wortel rebus, pisang rebus, ketela rebus dan sejenisnya. Semua menu makanan adalah makanan rebusan tanpa garam, kalau bosan menu tersebut paling diganti dengan roti tawar, roti manis, donat dan sejenisnya yang semuanya tanpa garam. Segelas jus menjadi penutup sarapan, mulai dari jus aple, mangga, tomat, pear, wortel dan segala jenis buah-buahan yang memungkinkan untuk di buat minuman jus.

Siang hari dan sore (petang), baru penulis mengkonsumsi nasi, lauknya mulai dari tempe bacem, tahu bacem, daging sapi, telur rebus dan sejenisnya yang kesemuanya dimasak hanya dengan bumbu rempah, gula dan sedikit (sekali) garam, jadi hampir semua masakan/lauk didominasi rasa manis. Sebagai “pelega tenggorokan”, selain lauk-lauk tersebut juga disediakan sop, sayur bening (sop khas Jawa), atau sayur asem dengan volume garam setengah dari biasanya.

Sepulang dari rumah sakit, penulis istirahat total di rumah 9 hari, pulang dari rumah sakit hari Jumat (4/9/2015) baru mulai masuk kerja pada Senin (14/9/2015). Meski jam kerja di tempat penulis sampai pukul 15.30 WIB, tapi berkat ijin pimpinan, selama masa pemulihan, penulis hanya masuk kerja sampai pukul 13.00 WIB. Sepulang kerja langsung digunakan untuk istirahat, tidur siang. Malam hari penulis pun membatasi diri dengan “mewajibkan” istirahat setiap waktu telah menunjukkan pukul 21.00 WIB.

Sesuai saran dokter pula, selama masa pemulihan, setiap pagi penulis melakukan olah raga ringan. Setelah turun dari shalat shubuh, penulis langsung berjalan-jalan mengelilingi komplek yang jaraknya kurang lebih 800-1.000 meter, atau kurang lebih setiap pagi penulis memulai hari dengan “jalan sehat” sebanyak kurang lebih 1.600-2.000 langkah.

Selama empat bulan itu pula, penulis rutin kontrol kesehatan ke rumah sakit. Di bulan pertama dan kedua, sebulan empat kali, dua kali ke poli syaraf dan dua kali ke poli dalam. Bulan ketiga dan keempat kontrol ke rumah sakit dua kali, satu kali ke poli syaraf dan satu kali ke poli dalam. Penulis juga rutin meminum obat dari rumah sakit selama masa perawatan. Penulis juga minum jamu-jamuan tradisional yang diberi oleh para tetangga yang pernah terkena penyakit hipertensi.

Hasilnya? Luar biasa! Selama masa perawatan dengan pola hidup, pola makan dan pola istirahat yang telah penulis sebutkan, tensi penulis tiap harinya sangat-sangat normal, antara 115-125/90. Sayang, setelah empat bulan, penulis perlahan-lahan mulai kembali hidup “normal” seperti sebelumya, kembali jarang olah raga, malam pun sering begadang dan kembali tergoda merokok karena pergaulan.

Tapi alhamdulillah, dengan jadwal yang lumayan padat, dari pagi hingga sore, tensi penulis masih lumayan normal juga, rerata 140/900-100, kalau dibanding dulu 190/120. Kalau tiba-tiba tensi naik, langsung memperbanyak istirahat, mengurangi konsumsi garam, dan makanan berkolesterol tinggi. So, doakan semoga selalu sehat, Amiin.. Wassalam.. TAMAT (Banyumas; 26 Agustus 2016)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun