Mohon tunggu...
Abby Saharnika
Abby Saharnika Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bojonegoro Kota Kaya dan Miskin

13 Desember 2016   23:56 Diperbarui: 14 Desember 2016   00:26 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Luas daerah Bojonegoro sebesar 2.307 km2 dan jumlah penduduknya sebanyak 1.453.880 jiwa pada tahun 2015. Bojonegoro memiliki potensi dan kekayaan alam yang cukup banyak, salah satu potensi alam di Bojonegoro adalah minyak Bumi. Minyak bumi menjadi penyumbang terbesar dalam perekonomian di Bojonegoro.

Bojonegoro merupakan salah satu kota terkaya di Jawa Timur dengan pendapatan pada tahun 2016 sebesar 3,597 triliun. Walaupun dikatakan sebagai salah satu kota terkaya di Jawa Timur, Bojonegoro juga masih menjadi salah satu kota termiskin di Jawa Timur. Dikutip dari suarabojonegoro.com Bojonegoro saat ini menempati posisi ke-9 sebagai kota termiskin di Jawa Timur.

Bojonegoro memang memiliki sejarah kemiskinan dari zaman ke zaman. Kemiskinan menjadi hal yang lumrah dan mudah ditemukan di berbagai tempat. Angka pengangguran yang tinggi, ditambah lagi dengan berhentikannya ribuan pegawai migas Blok Cepu karena kontrak mereka yang sudah habis. Hasil perekonomian yang masih rendah juga banyak dialami oleh masyarakatnya. Serta kondisi ekonomi yang masih banyak berada dibawah rata-rata.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kemiskinan di Bojonegoro. Pertama, sebagian besar warga Bojonegoro bekerja sebagai petani. Namun banyak gangguan yang harus dihadapi para petani seperti hama, kekeringan saat musim kemarau dan banjir ketika musim hujan tiba. Minimnya fasilitas irigasi juga menjadi masalah bagi pertanian. Hal ini menyebabkan gangguan saat panen sehingga panen tersebut tidak bisa memberikan hasil yang memuaskan seperti yang diharapkan petani.

Kedua, faktor kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Bojonegoro sendiri yang masih rendah. Banyak warga Bojonegoro yang hanya lulus SD, SMP, atau SMA. Bahkan angka putus sekolah juga masih tinggi. Hal ini menyebabkan mereka kesulitan untuk mendapatkan perkerjaan yang layak.

Ketiga, roda perekonomian di Bojonegoro belum berjalan baik seperti halnya di kota-kota besar, misalnya Surabaya dan Jakarta yang mudah sekali ditemukan perkantoran serta kawasan industri yang membantu meningkatkan perekonomian kota serta masyarakatnya. Tidak banyak perkantoran dan pabrik-pabrik yang mampu memberikan lapangan kerja bagi masyarakat Bojonegoro. Banyak tempat wisata di Bojonegoro yang belum memiliki daya tarik tersendiri. Jarang sekali wisatawan luar daerah yang berkunjung ke tempat-tempat wisata di Bojonegoro. Lokasi geografis Bojonegoro juga menjadi salah satu penyebab kemiskinan kabupaten ini. Lokasi Bojonegoro yang tidak berada pada lalu lintas utama Jawa seperti jalan pantura dan jalan selatan.

Walaupun di Bojonegoro ada beberapa penambangan minyak dan gas bumi seperti di daerah Wonocolo dan Sukowati, namun hal itu tidak begitu berimbas pada daerah sekitar karena memang kurangnya wawasan masyarakat Bojonegoro tentang penambangan minyak yang masih rendah sehingga banyak orang asing yang dipilih bekerja di penambangan tersebut dibandingkan dengan mempekerjakan warga sekitarnya.

Proses pembangunan dalam segala bidang sangat diperlukan untuk menurunkan angka kemiskinan. Pembangunan insfrastruktur akan membantu meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya di Bojonegoro. Apabila hal ini terjadi maka akan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Bojonegoro untuk memperbaiki perekonomian mereka sehingga angka penggangguranpun dapat menurun. Namun sebelumnya harus ada peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada agar mampu bersaing dengan masyarakat luar daerah dalam bekerja. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka putus sekolah bagi anak-anak, yaitu dengan memberikan Dana Alokasi Khusus (DAK) Pendidikan bagi semua siswa SMA/SMK/MA di Bojonegoro. Jumlah yang awalnya 500 ribu pada tahun 2015, kini meningkat menjadi 2 juta. Hal ini cukup efektif dalam menurunkan angka putus sekolah saat ini. Lalu ada pula kelompok belajar (kejar) paket bagi orang tua yang dulu mengalami putus sekolah. Perbaikan kualitas kesehatan pun juga sudah mulai bisa dirasakan masyarakat, seperti adanya pukesmas pembantu pada setiap desa. Pembangunan jalan untuk akses dari desa ke kota atau desa lainpun juga sudah mulai memberikan efek bagi masyarakat. Pengelolaan tempat-tempat wisata juga perlu diperbaiki. Sarana dan prasana seperti infrastruktur jalan menuju tempat wisata tersebut perlu diperbaiki. Sarana penunjang seperti kamar mandi dan tempat beristirahat juga perlu ditambahkan. Jika semua sarana dan prasarana tersebut sudah memenuhi standart, maka tidak dipungkiri lagi jika tempat wisata di Bojonegoro akan memiliki daya tarik tersendiri untuk wisatawan luar daerah. Hal ini akan meningkatkan tingkat perekonomian daerah dan juga masyarakat sekitar tempat wisata.

Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kemisikinan yang telah menjadi budaya yaitu dengan diluncurkannya program Gerakan Desa Sehat dan Cerdas (GDSC). Sasaran dari program ini ialah menuntaskan permasalahan pemerintahan yang ada di desa. Program ini dijadikan suatu sistem oleh pemerintah untuk mengawasi kemiskinan yang terjadi. Salah satu wujud yang sudah terlihat dari program ini adalah dibangunnya puskesmas pembantu pada setiap desa. Dengan puskesmas pembantu ini dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun