Mohon tunggu...
Muhamad Habib Koesnady
Muhamad Habib Koesnady Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Teater

Mempelajari Seni

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Covid-01 [Sebuah Cerpen]

23 April 2020   23:48 Diperbarui: 24 April 2020   00:05 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.bibliotecapleyades.net/imagenes_sociopol3/uk04_01.jpg 

***

https://www.bibliotecapleyades.net/imagenes_sociopol3/uk04_01.jpg 
https://www.bibliotecapleyades.net/imagenes_sociopol3/uk04_01.jpg 

“Saya udah masuk ke ruangan yang ada virusnya tadi! Saya udah hirup semua virusnya tadi! Tadi saya juga udah dites! Oke hasil tesnya belom keluar. Tapi saya yakin saya udah kena Korona! Enggak usah lama-lama lagi, saya minta kamar hotel buat saya tinggal!"

Seorang perawat mencoba menjelaskan sesuatu tetapi langsung dibantah,

“alah, enggak usah banyak omong! Udah anter aja ke kamar! Kalau enggak, kalian mau saya tularin?” Dongkal mengancam akan menarik masker dan merusak APD perawat. Namun tiba-tiba, ia merasa sesak.

“Saya sesak! Saya kena Korona! Yeah!!! Saya kena Korona!!! Makan enak tiga kali sehari; buah-buahan; laptop; internet gratis… Yeah! Korona!” Dongkal berteriak-teriak bahagia sambil meninju-ninjukan tangannya ke langit. Sambil memegang dadanya, ia duduk di kursi roda yang ada di dekatnya. Menggunakan tangannya, ia memberi kode kepada perawat supaya mendorongnya menuju kamar. Perawatpun akhirnya menuruti kemauan Dongkal. 

Ia didorong menuju kamar yang diimpikan sehari terakhir ini. Wajah Dongkal menunjukan kebahagiaan. Ia didorong melewati koridor panjang yang mewah dan wangi, memasuki lift dan naik ke lantai atas. Sambil menunggu tiba, ia menyanyikan lagu wajib nasional yang sering diputar-ulang di televisi dan radio. Televisi & radio biasanya memutarkan lagu tersebut dengan impresi yang menyedihkan. Tapi Dongkal menyanyikannya dengan riang gembira!

Tiba-tiba, di tengah perjalanan, ia melihat seorang laki-laki berlari mendekat dan tiba-tiba mencium bibirnya, menghirup udara yang keluar dari mulut Dongkal. Seketika ia kaget dan mendorong lelaki tersebut. Ternyata lelaki tersebut adalah Dading, temannya yang lebih dulu kena Korona. Dongkal kaget bukan main.

“Kal, lu kena juga?”

Dongkal hanya mengangguk.

“Yeah! Gua kena Korona lagi! Suster! Gue kena Korona lagi! Gue belom boleh pulang!” Sambil pergi menjauh, Dading tersenyum dan mengacungkan jempol ke arah Dongkal. Dading lari menjauh dan masuk ke dalam sebuah kamar hotel di sudut koridor.  Dongkal tersenyum dan merasa keputusannya tepat, meskipun napasnya semakin sesak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun